Keris Pusaka Terkecil Di Dunia ( Di Maharkan)

KOLEKSI PUSAKA LANGKA & SATU-SATUNYA KERIS TERKECIL DI DUNIA 

1. Khusus bagi Penggemar Barang Antik / Pecinta Benda Bertuah / Kolektor / Paranormal /dsb. 
Telah di maharkan Keris Pusaka yaitu: 
-Keris Jangkung Drajat (Luk 3 panjang 4cm) dan 
-Keris Songgo Drajat (Luk 9 panjang 3cm) 
Keris Pusaka ini cocok buat Pejabat / Pengusaha / Paranormal /dsb. 
Khasiat antara lain: Tingkatkan Power Kawibawan, Pancarkan Kharisma Pesona, Bungkeman, Tolak Balak, Tingkatkan Karier, Kokohkan Jabatan, Pengasihan, Penglarisan, dsb.



2. Koleksi Pusaka Paling Langka dan Satu-satunya di DUNIA! Keris TerKecil di Bumi Nusantara dan Keris TerMini di Mayapada
Berikut ini sepasang keris Luk 9 dengan panjang -/+ 1 cm yang merupakan KOLEKSI dari Raden Tjakra Djajaningrat. Bagi yang berminat Keris Pusaka beliau ini ikut serta di MAHARkan.
-Keris Wulan Angembara (Luk 9 panjang 1,1cm) 
-Keris Lintang Angembara (Luk 9 panjang 1,3cm)
Benar-benar Keris Terkecil di Dunia!!! Koleksi Langka!!! Barang Antik!!! Benda Unik!!! Yang Tidak akan di temukan di tempat manapun!!!
Keris Pusaka ini cocok buat Pejabat / Pengusaha / Paranormal / Kolektor / Penggemar Barang Antik / Pecinta Benda Bertuah / dsb. 
Khasiat antara lain: Kawibawan, Keselamatan, Jayakawijayan, Junjung Derajat, Kadibyan, Singkir, Tolak Balak, Kaprawiran, dsb.


3. Bagi yang berminat untuk meMahari Keris Pusaka ini silahkan hubungi Pusaka Leluhur atau informasi hub.Pusaka Leluhur Nusantara









Istilah Dalam Keris Pusaka

Keris pusaka legendaris hasil jerih payah nenek moyang bangsa Indonesia pada umumnya terbuat dari paduan berbagai logam dan juga bukan logam yang memiliki sifat mekanik yang baik.

Paduan logam dan bukan logam tersebut dibentuk menjadi sebuah senjata tajam. Namun sebelumnya dilakukan penguatan terhadap bahan paduan tersebut baik dengan heat treatmen maupun dengan perlakuan fisik seperti pada posting cara pembuatan keris pusaka yang lalu.

Nenek moyang kita pada umumnya membuat senjata berupa keris berbentuk lurus, pipih, panjang, dan semua bagian tepinya tajam serta pada bagian ujung berbentuk lancip.
Pada dasarnya nenek moyang kita menciptakan benda pusaka berbentuk keris ini berfungsi sebagai media berperang untuk melawan musuh di medan laga.

Bentuk pusaka yang semua tepinya tajam diharapkan dapat lebih optimal dalam penggunaannya yaitu meyerang lawan.
Bagian tepi yang tajam berfungsi untuk memotong atau memangkas lawan.
Sedangkan bagian ujung dengan bentuk yang runcing berfungsi untuk menusuk lawan.

Dengan berkembangnya pemikiran dari nenek moyang kita dalam hal teknologi pembuatan keris pusaka, memunculkan bentuk pusaka yang agak berbeda dari kebanyakan yaitu sebuah keris dengan bentuk luk atau berlekok-lekok.

Luk dari keris pusaka juga sangat banyak variasinya, ada keris luk 1, keris luk 2, keris luk 3, dan sebagainya yang dapat ditandai dengan jumlah luk yang dipergunakan pada keris tersebut.

Sekarang, keris dengan luk memiliki nilai estetika tersendiri dalam perkembangannya.
Namun ternyata dibalik berbentuk luk tersimpan keistimewaan yang sangat luar biasa. Disamping menambah nilai estetika keris juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan keris pusaka.

Artinya keris pusaka lebih mampu untuk melakukan perlawanan terhadap musuh seperti penusukan, penggiresan dan pemotongan.
Hal ini disebabkan adanya kompleksitas mata tajam dari keris pusaka dengan bentuk luk tersebut.

Sebagai contoh sebuah keris pusaka dengan bentuk luk dipergunakan untuk melakukan tusukan pada lawan (gerak lurus menuju tubuh lawan).

Dalam hal ini keris pusaka meskipun bekerja dalam tusukan dalam arah mendatar juga bekerja proses pemotongan dan penggoresan pada bagian tepi keris. Proses ini tidak dimiliki oleh keris berbentuk lurus yang hanya bekerja untuk penggoresan pada bagian tepinya.

Baca selengkapnya »

Efek Psikologis Keris Pusaka Terhadap Pemiliknya

Keris merupakan sebuah benda pusaka yang telah diakui oleh banyak orang terutama orang Jawa memiliki kekuatan tertentu. Kekuatan fisik dan kekuatan non-fisik. Kekuatan fisik dari sebuah keris yaitu mampu menahan beban tekan, tekuk (bending), beban kejut, beban impak dan beban puntir. Hal ini dapat diperoleh karena sebuah keris diciptakan dari material pilihan dan mengaplikasikan perlakuan pemanasan (heat treatment) yang baik.

Material penyusun benda pusaka ini mayoritas berasal dari benda angkasa luar yang jatuh ke permukaan bumi yang disebut dengan meteor. Mengapa dipilih dari material meteor? Telah kita ketahui bersama bahwa meteor adalah benda langit baik itu bintang, planet maupun satelit yang jatuh ke permukaan bumi.

Dalam proses perjalanannya tentunya akan mengalami gesekan dengan udara yang ada disekitarnya. Karena kecepatan jatuh dari meteor berbanding lurus dengan gaya gravitasi bumi maka kecepatan meteor semakin cepat seiring dengan bertambahnya waktu perjalanan atau dapat juga dikatakan selalu mengalami petmabahan percepatan.

Baca selengkapnya »

Misteri Keampuhan Keris Dari Segi Teknologi

Senjata yang paling diagung-agungkan pada zaman nenek moyang kita (Bangsa Indonesia ) adalah sebuah benda yang terbuat dari logam dan dibagian ujungnya dibentuk runcing yang disebut “keris”. Mereka berkeyakinan bahwa sebilah keris memiliki kekuatan dan kelebikan yang bahkan dapat melebihi kemampuan manusia biasa. Sehingga sebilah keris dapat dijadikan sebagai barang yang di istimewakan yang suatu saat dapat dipergunakan untuk memenuhi keinginan dari pemilik benda pusaka tersebut.

Namun sebagian orang di zaman sekarang sudah pudar akan keyakinan seperti itu karena dianggapnya benda pusaka seperti keris adalah jenis senjata yang sudah ketinggalan zaman yang tidak relevan lagi di zaman yang serba canggih ini. Karena sudah banyak diketemukan adanya peralatan-peralatan senjata yang lebih modern, seperti senjata api, peluru kendali, dan sebagainya.

Dari hasil penelitian ternyata pusaka berbentuk keris ini dapat dianggap memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Bagaimana tidak pusaka keris adalah sebuah senjata yang terbuat dari logam biasa (belum mengalami perpaduan dengan bahan yang lain) tetapi memiliki kekuatan yang sangat luar biasa dari bahan aslinya. Hal ini ternyata terletak pada proses pembuatannya. Dan ini yang akan menjawab mengapa biasanya untuk dapat menciptakan sebuah keris yang sangat ampuh dibutuhkan adanya waktu yang sangat lama bahkan dalam waktu tahunan. Seperti yang terjadi pada kisah Keris Empu Gandring milik dari Ken Arok dari Tumapel yaitu dimasa sebelum kerajaan Singosari.

Pada saat Ken Arok menjadi abdi di Tumapel awal mulanya tanpa sengaja melihat barang rahasia milik Ken Dedes, istri Tunggul Ametung (seorang akuwu/penguasa di Tumapel). Dari barang rahasia Ken Dedes nampak adanya sinar yang menyala.

Dari kejadian itu oleh Ken Arok diceritakan oleh seorang brahmana yang waskita bernama Dhang Hyang Lohgawe. Menurut Brahmana tersebut, wanita dengan tanda-tanda seperti itu adalah Nareswari. Artinya wanita seperti itu adalah ratu dari semua wanita. Kalau ada seseorang yang memperisterinya baik dari golongan bawah akan menjadi penguasa yang memiliki jabatan yang tinggi.

Mendengar penjelasan sang brahmana seperti ini Ken Arok semakin bulat tekadnya untuk dapat memperistri Ken Dedes walau apapun risikonya, termasuk dengan cara membunuh Tunggul Ametung. Maka berangkatlah Ken Arok menuju tempat tinggal Empu Gandring, seorang empu pembuat keris yang sangat termashur. Dengan keris buatan Empu Gandring ini Ken Arok bermaksud membunuh Tunggul Ametung.

Ki Empu, tolong bikinkanlah saya sebuah keris yang ampuh. Saya harapkan bisa selesai dalam waktu lima bulan. Harap diperhatikan, Kyai, agar keris itu dapat selesai. Empu Gandring menjawab, Kalau kau menghendaki yang baik, seharusnya dalam satu tahun. Kalau dalam lima bulan belumlah cukup.
Ken Arok berkata lagi, Pengukiran keris itu terserah saja bagaimana bentuk serta coraknya. Saya tak peduli masalah janji, pokoknya dalam lima bulan harus selesai.

Setelah lima bulan, maka Ken Arok pun teringat akan janjinya, yakni akan pesanan keris tersebut kepada Empu Gandring. Empu Gandring yang pada waktu itu sedang mengikir keris. Ken Arok perlahan bicara,Kyai, sudah selesaikah keris pesanan saya itu? Empu Gandring pun menjawab pula dengan halus, Dhuh, Kaki. Kerismu itu justru yang sedang kukikir ini. Ketika mendengar jawaban tersebut, Ken Arok menjadi tak senang hati dan bersikap kurang sopan.

Ken Arok melihat kerisnya yang sedang dikikir (diperhalus). Keris diberikan oleh Empu Gandring, diterima oleh Ken Arok dan diamat-amati. Serentak sadar bahwa kerisnya belum selesai, maka Arok berkata marah. Ini keris belum rampung! Bukankah saya sudah berkali-kali berpesan. Tak ada guna-nya saya berkata kalau begini kenyataannya, Kyai. Terlalu sekali kau ini, Kyai. Masakan mengikir pun sampai lima bulan masih juga belum selesai. Benar-benar kau tak mengacuhkan pesanku, kau Empu Gandring! Ken Arok pun mengamuk membabi buta.

Empu Gandring ditusuknya dengan keris bikinan sang Empu itu sendiri. Segera sang Empu Gandring pingsan. Ken Arok keterlanjuran menurutkan api amarah. Keris disabetkan di lumpang tempat kikiran besi.
Lumpang yang terbuat dari batu itu terbelah menjadi dua. Setelah itu keris disabetkan lagi ke arah paron (alas untuk menempa besi). Paron pun pecah berkepingan. Setelah itu terdengariah suara Empu Gandring yang menyumpah serapahi, Ken Arok, besok kau sendiri pun akan mati oleh keris itu juga. Anak dan cucu-cucumu, tujuh orang raja akan meninggal pula dengan senjata
yang sama.

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, maka Empu Gandring pun segera meninggal. Ken Arok sangat menyesal dengan kematian Empu Gandring.
Tuah keris Empu Gandring ternyata terbukti sakti. Buktinya, keris ini berhasil membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok sendiri, dan keturunannya. Sehingga tepat seperti sumpah Empu Gandring bahwa kerisnya membunuh tujuh orang raja.

Nah dari cerita itu ternyata benar bahwa dalam proses pembuatan sebuah pusaka berbentuk keris akan memakan waktu yang tidak sedikit. Ini adalah suatu cara bagaimana dapat merubah dari bahan yang memiliki sifat fisis dan mekanis yang biasa-biasa saja menjadi istimewa. Dari hasil penelitian itu ternyata dalam proses pembuatan sebuah keris yaitu dengan cara sebuah logam dipanasi sampai merah membara dan dipukul sampai rata, setelah itu logam dipanasi lagi sampai merah membara lalu dilipat menjadi dua bagian secara memanjang dan dipukul secara merata sampai permukaannya datar lagi. Setelah itu diulangi lagi untuk memanasi logam sampai merah membara dan di lakukan pemukulan sampai rata lagi, setelah itu logam dipanasi lagi sampai merah dan dilipat menjadi dua bagian dan dilakukan pemukulan sampai rata lagi. Dan proses ini dilakukan sampai tak terhingga jumlah lipatannya tergantung seberapa kukuatan yang ingin diharapkan dari sebuah benda pusaka tadi. Kalau menginginkan sebuah benda pusaka yang memiliki kekuatan yang sangat istimewa tentunya akan memakan waktu yang sangat lama karena harus melakukan lipatan-lipatan pada logam dalam jumlah yang sangat banyak.

Kalau dibandingkan dengan teknologi sekarang ternyata teknologi yang kita pelajari membenarkan adanya peningkatan sifat fisis dan mekanis seperti itu, yaitu dapat dilakukan dengan melipat-lipat lembaran logam sebanyak-banyaknya. Didalam ilmu komposit dijelaskan bahwa bahan yang berbentuk lembaran-lembaran tipis yang digabung menjadi satu akan memiliki sifat fisis dan mekanis yang lebih tinggi dari pada bahan utuh atau pejal. Hal ini disebabkan pada setiap lembaran-lembaran tipis memiliki kemampuan tersendiri untuk menahan beban tarik dan beban tekan di sisi yang bersebelahan. Kalau jumlah lembarannya sangat banyak maka akan diperoleh gaya tarik dan tekan pada bahan yang banyak pula, artinya bahan semakin kuat. Sedangkan kalau dibandingkan dengan bahan pejal, bahan pejal hanya memiliki satu gaya tarik dan satu gaya tekan saja. Karena perbedaannya sangat besar sekali maka suatu hal yang tidak mustahil kalau benda pusaka berbentuk keris ini benar-benar memiliki kekuatan yang lebih dari logam biasa.

sumber: bloggeramin.wordpress.com

Kekuatan Gaib dan Pembuatan Keris Pusaka Jawa

Kekuatan Non-Fisik (Kekuatan Gaib) Keris Pusaka Jawa
Senjata tajam tradisional yang sangat popular bagi orang Jawa adalah keris. Bagi orang jawa khususnya, keris merupakan sebuah benda pusaka yang telah diakui memiliki kekuatan tertentu. Kekuatan fisik dan kekuatan non-fisik.

Kekuatan fisik dari sebuah keris yaitu mampu menahan beban tekan, tekuk (bending), beban kejut, beban impak dan beban puntir.
Kekuatan fisik ini diperoleh karena sebuah keris diciptakan dari material pilihan dan mengaplikasikan perlakuan pemanasan (heat treatment) yang baik.

Bentuk material pilihan adalah material penyusun benda pusaka ini mayoritas berasal dari benda angkasa luar yang jatuh ke permukaan bumi yang disebut dengan meteor.

Mengapa nenek moyang kita dahulu dalam membuat sebuah keris dipilih dari bahan meteor?

Telah kita ketahui bersama bahwa meteor adalah benda langit baik itu bintang, planet maupun satelit yang jatuh ke permukaan bumi yang dalam proses perjalanannya mengalami gesekan antara body benda langit dengan udara yang ada disekitarnya.

Semakin lama waktu yang dibutuhkan meteor untuk menuju ke bumi akan semakin bertambah kecepatannya, karena kecepatan jatuh meteor berbanding lurus dengan gaya gravitasi bumi.

Akibat kecepatan yang sangat tinggi ini mengakibatkan gaya gesek antara permukaan meteor dengan udara sekitar mengalami peningkatan juga. Sedangkan efek dari kedua benda yang mengalami gesekan adalah timbulnya kenaikan temperatur yang sebanding dengan besar gaya gesek yang diterimanya.

Gaya gesek antara permukaan meteor dengan udara sekitar sangat tinggi sehingga permukaan meteor akan terbakar dengan temperatur yang semakin meningkat.
Maka sangatlah tepat sekali apabila benda langit ini dipergunakan sebagai material dasar untuk membuat sebuah benda pusaka berupa keris.

Kekuatan dari sebuah keris tidak hanya berasal dari kekuatan fisik saja namun ada kekuatan non-fisik yang memperkuat kekuatan fisik dari sebuah keris.
Kekuatan fisik dari sebuah keris berasal dari kekuatan material penyusun keris tersebut.
Sedangkan kekuatan nan-fisik dari sebuah keris tidaklah benar kalau penyebabnya adalah material penyusun benda pusaka meskipun berasal dari langit sekalipun. Akan tetapi lebih dimungkinkan adanya mahluk gaib yang bersarang di dakam pusaka keris tersebut.

Mahluk gaib (dikenal dengan nama jin) tersebut berada pada dimensi imajiner sehingga bagi orang-orang tertentu (yang dapat memasuki dimensi imajiner) dapat melihatnya.

Mahluk inilah yang mempengaruhi kekuatan sebuah keris yang tidak bergantung pada jenis material yang diaplikasikan. Dengan kekuatan tersebut maka sebuah keris mampu untuk mempengaruhi emosional si pemilik/pemegang keris tersebut, seperti menjadi lebih pemberani.

Kekuatan non-fisik sebuah keris dapat juga berupa keris dapat bergetar sendiri apabila ada seorang atau hewan buas yang siap untuk menikam pemegang keris pusaka tersebut. Maka setiap keris yang diyakini memiliki kekuatan non-fisik pasti dilakukan ritual-ritual khusus terutama setiap Bulan Suro.

Ritual-ritual tersebut merupakan salah satu komunikasi antara keris pusaka dan mahluk berdimensi imajiner dengan perantara pemilik keris.

Sehingga dengan dilakukannya ritual tersebut sebenarnya akan menambah kekuatan non-fisik sebuah benda pusaka berupa keris tersebut.

Cara Pembuatan Keris Pusaka Jawa
Senjata paling awal dikenal oleh masyarakat Bangsa Indonesia terutama Jawa setelah bambu runcing adalah keris. Keris merupakan sebuah senjata tajam yang terbuat dari bahan paduan (alloy) logam pilihan dari jenis tertentu yang menyimpan sejuta nilai histories yang tinggi.
Melihat sejarah Bangsa Indonesia bahwa keris terbukti mampu mengalahkan senjata api (senjata modern waktu itu).
Ini merupakan satu bukti bahwa sebuah keris memiliki kekuatan yang tidak dapat diremehkan begitu saja.
Kalau masih ada yang beranggapan bahwa senjata keris merupakan senjata masa lampau yang sangat lemah kekuatannya itu merupakan persepsi yang tidak benar.

Senjata tajam sekarang seperti pedang, tombak, pisau, golok, dan banyak lagi tidaklah sama dengan keris dalam hal kekuatan dan keampuhannya.
Perbedaannya sangat jauh sekali, mulai dari bahan dasarnya sampai dengan proses pembuatannya.
Hal ini disebabkan karena pemilihan bahan (material), proses pembuatan dan perlakuan (heat treatment) yang jauh berbeda.
Penelitian tentang kekuatan sebuah keris sudah banyak dilakukan yang menunjukkan adanya keunikan pada struktur mikronya.
Dan inilah yang ternyata menjadikan kekuatan sebuah keris sangat luar biasa.
Kekuatan dari senjata tajam berupa keris ini adalah mampu menahan beban tekan yang tinggi, beban puntir yang tinggi, beban tekuk (bending) yang tinggi, beban momen yang tinggi.
Dengan kata lain sebuah keris ternyata mampu untuk menahan dari semua jenis pembebanan.
Senjata tajam sekarang apakah ada yang sudah dapat memenuhi semua pembebanan tersebut diatas?
Senjata tajam sekarang belum ada yang mampu membandingi atau melebihi kekuatan keris pusaka.
Ini merupakan suatu pertanyaan besar mengapa senjata sekarang belum mampu menyamai atau bahkan melebihi kekuatan senjata keris.

Rahasianya terletak pada proses pembuatannya.
Sebenarnya material dasar dari keris juga sangat menentukan kekuatan dari keris tersebut.
Namun proses pembuatan juga sangat berpengaruh terhadap kekuatan sebuah keris bahkan lebih signifikan dari pada material dasarnya.

Pada beberapa penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan hasil bahwa cara membuat keris menurut empu zaman dahulu yaitu dengan cara bahan baku pembuat keris dari bentuk batangan dipipihkan terlebih dahulu, lalu dilipat-lipat seperti halnya melipat selembar kertas.
Semakin banyak menggunakann lipatan maka kekuatan sebuah keris akan semakin tinggi.
Jadi semakin tinggi kekuatan sebuah keris berarti dibutuhkan lebih banyak lipatan.

Proses pembuatan lipatan sebanding dengan waktu (lama pembuatan).
Semakin banyak lipatan otomatis akan memakan banyak waktu untuk mengerjakannya.
Makanya pada zaman dahulu oleh seorang empu dalam pembuatan sebuah keris saja dapat memakan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun yang disesuaikan dengan kekuatan sebuah senjata keris yang ingin diciptakan.

Proses pembuatan sebuah keris secara garis besar adalah sebagai berikut: dari material dasar berupa logam dengan berbagai paduan seperti baja dan juga bahan meteor dipanasi sampai suhu austenisasi.
Penentuan suhu austenisai ini sangat tergantung pada kandungan Carbon yang terdapat pada material dasar tersebut.

Setelah mencapai suhu austenisasi bahan keris dipipihkan dengan cara dipukul berkali-kali sampai permukaannya tipis dan datar.
Lalu bahan tersebut dilipat menjadi dua bagian dan dipipihkan sampai tipis dan datar lagi dengan cara dipanaskan terlebih dahulu.
Proses ini dilakukan berulang-ulang sebanyak mungkin tergantung seberapa kuat keris yang ingin diciptakan.
Semakin banyak jumlah lipatan yang dilakukan maka kekuatan sebuah keris akan semakin baik.
Dengan menggunakan metode lipatan-lipatan tersebut ternyata menjadikan sebuah keris akan mampu menahan pembebanan dari semua jenis pembebanan yang tidak dimiliki oleh senjata tajam masa kini.

Apabila dibandingkan dengan senjata tajam masa kini, keris yang di buat oleh empu zaman dahulu jauh lebih tinggi dalam hal kekuatan dan keampuhannya.

Proses Pembuatan Keris (Versi Empu Zaman Dahulu)
Keris merupakan sebuah senjata tajam yang terbuat dari paduan (alloy) logam pilihan jenis tertentu yang menyimpan sejuta nilai histories yang tinggi. Melihat sejarah Bangsa Indonesia bahwa keris terbukti mampu mengalahkan senjata api (senjata modern waktu itu). Ini merupakan satu bukti bahwa sebuah keris memiliki kekuatan yang tidak dapat diremehkan begitu saja. Kalau masih ada yang beranggapan bahwa senjata keris merupakan senjata masa lampau yang sangat lemah kekuatannya itu merupakan persepsi yang tidak benar.

Senjata tajam sekarang seperti pedang, tombak, pisau, golok, dan banyak lagi tidaklah sama dengan keris dalam hal kekuatan dan keampuhannya. Perbedaannya sangat jauh sekali, mulai dari komposisi kimia yang terkandung sampai dengan struktur mikro penyusunnya. Hal ini disebabkan karena pemilihan material, proses pembuatan dan perlakuan (heat treatment) yang jauh berbeda.

Penelitian tentang kekuatan sebuah keris sudah banyak dilakukan yang menunjukkan adanya keunikan dalam struktur mikro. Dan inilah yang ternyata menjadikan kekuatan sebuah keris sangat luar biasa. Kekuatan dari senjata tajam berupa keris ini adalah mampu menahan beban tekan yang tinggi, beban puntir yang tinggi, beban tekuk (bending) yang tinggi, beban momen yang tinggi. Dengan kata lain sebuah keris ternyata mampu untuk menahan dari semua jenis pembebanan.

Senjata tajam sekarang apakah ada yang sudah dapat memenuhi semua pembebanan tersebut diatas? Senjata tajam sekarang belum ada yang mampu membandingi atau melebihi kekuatan keris pusaka. Ini merupakan suatu pertanyaan besar mengapa senjata sekarang belum mampu menyamai atau bahkan melebihi kekuatan senjata keris.

Rahasianya terletak pada proses pembuatannya. Sebenarnya material dasar dari keris juga sangat menentukan kekuatan dari keris tersebut. Namun proses pembuatan juga sangat berpengaruh terhadap kekuatan sebuah keris bahkan lebih signifikan dari pada material dasarnya.

Pada beberapa penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan hasil bahwa cara membuat keris menurut empu zaman dahulu yaitu dengan cara bahan baku pembuat keris dari bentuk batangan dipipihkan terlebih dahulu, lalu dilipat-lipat seperti halnya melipat selembar kertas. Semakin banyak menggunakann lipatan maka kekuatan sebuah keris akan semakin tinggi. Jadi semakin tinggi kekuatan sebuah keris berarti dibutuhkan lebih banyak lipatan.

Proses pembuatan lipatan sebanding dengan waktu (lama pembuatan). Semakin banyak lipatan otomatis akan memakan banyak waktu untuk mengerjakannya. Makanya pada zaman dahulu dalam pembuatan sebuah keris saja dapat memakan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun yang disesuaikan dengan kekuatan sebuah senjata keris yang ingin diciptakan.

Proses pembuatan sebuah keris secara garis besar adalah sebagai berikut: dari material dasar berupa logam dengan berbagai paduan seperti baja dan juga bahan meteor dipanasi sampai suhu austenisasi. Penentuan suhu austenisai ini sangat tergantung pada kandungan Carbon yang terdapat pada material dasar tersebut.

Setelah mencapai suhu austenisasi bahan keris dipipihkan dengan cara dipukul berkali-kali sampai permukaannya tipis dan datar. Lalu bahan tersebut dilipat menjadi dua bagian dan dipipihkan sampai tipis dan datar lagi dengan cara dipanaskan terlebih dahulu. Proses ini dilakukan berulang-ulang sebanyak mungkin tergantung seberapa kuat keris yang ingin diciptakan. Semakin banyak jumlah lipatan yang dilakukan maka kekuatan sebuah keris akan semakin baik.

Dengan menggunakan metode lipatan-lipatan tersebutlah yang ternyata menjadikan sebuah keris akan mampu menahan pembebanan dari semua jenis pembebanan yang tidak dimiliki oleh senjata tajam masa kini.

sumber: bloggeramin.wordpress.com/Muh Amin

Bahan, Pembuatan, dan Perawatan Keris Pusaka

Bahan, pembuatan, dan perawatan
Logam dasar yang digunakan dalam pembuatan keris adalah besi dan baja. Untuk membuatnya ringan para empu selalu mencampur bahan dasar ini dengan logam lain. Keris masa kini (nèm-nèman, dibuat sejak abad ke-20) biasanya memakai campuran nikel. Keris masa lalu (keris kuna) yang baik memiliki campuran batu meteorit yang diketahui memiliki kandungan titanium yang tinggi, di samping nikel, kobal, perak, timah putih, kromium, antimonium, dan tembaga. Batu meteorit yang terkenal adalah meteorit Prambanan, yang pernah jatuh pada abad ke-19 di kompleks percandian Prambanan.

Pembuatan keris bervariasi dari satu empu ke empu lainnya, tetapi terdapat prosedur yang biasanya bermiripan. Berikut adalah proses secara ringkas menurut salah satu pustaka[15]. Bilah besi sebagai bahan dasar diwasuh atau dipanaskan hingga berpijar lalu ditempa berulang-ulang untuk membuang pengotor (misalnya karbon serta berbagai oksida). Setelah bersih, bilah dilipat seperti huruf U untuk disisipkan lempengan bahan pamor di dalamnya. Selanjutnya lipatan ini kembali dipanaskan dan ditempa. Setelah menempel dan memanjang, campuran ini dilipat dan ditempa kembali berulang-ulang. Cara, kekuatan, dan posisi menempa, serta banyaknya lipatan akan mempengaruhi pamor yang muncul nantinya. Proses ini disebut saton. Bentuk akhirnya adalah lempengan memanjang. Lempengan ini lalu dipotong menjadi dua bagian, disebut kodhokan. Satu lempengan baja lalu ditempatkan di antara kedua kodhokan seperti roti sandwich, diikat lalu dipijarkan dan ditempa untuk menyatukan. Ujung kodhokan lalu dibuat agak memanjang untuk dipotong dan dijadikan ganja. Tahap berikutnya adalah membentuk pesi, bengkek (calon gandhik), dan terakhir membentuk bilah apakah berluk atau lurus. Pembuatan luk dilakukan dengan pemanasan.

Tahap selanjutnya adalah pembuatan ornamen-ornamen (ricikan) dengan menggarap bagian-bagian tertentu menggunakan kikir, gerinda, serta bor, sesuai dengan dhapur keris yang akan dibuat. Silak waja dilakukan dengan mengikir bilah untuk melihat pamor yang terbentuk. Ganja dibuat mengikuti bagian dasar bilah. Ukuran lubang disesuaikan dengan diameter pesi. Tahap terakhir, yaitu nyepuhi, dilakukan agar keris tampak tua. Pada keris Filipina tidak dilakukan proses ini. Nyepuhi ("menuakan") dilakukan dengan memasukkan bilah ke dalam campuran belerang, garam, dan perasan jeruk nipis (disebut kamalan). Nyepuhi juga dapat dilakukan dengan memijarkan keris lalu dicelupkan ke dalam cairan (air, air garam, atau minyak kelapa, tergantung empu yang membuat). Tindakan nyepuhi harus dilakukan dengan hati-hati karena bila salah dapat membuat keris retak.

Pemberian warangan dan minyak pewangi dilakukan sebagaimana perawatan keris pada umumnya. Perawatan keris dalam tradisi Jawa dilakukan setiap tahun, biasanya pada bulan Muharram/Sura, meskipun hal ini bukan keharusan. Istilah perawatan keris adalah "memandikan" keris, meskipun yang dilakukan sebenarnya adalah membuang minyak pewangi lama dan karat pada bilah keris, biasanya dengan cairan asam (secara tradisional menggunakan air buah kelapa, hancuran buah mengkudu, atau perasan jeruk nipis). Bilah yang telah dibersihkan kemudian diberi warangan bila perlu untuk mempertegas pamor, dibersihkan kembali, dan kemudian diberi minyak pewangi untuk melindungi bilah keris dari karat baru. Minyak pewangi ini secara tradisional menggunakan minyak melati atau minyak cendana yang diencerkan pada minyak kelapa.

Beberapa istilah di bagian ini diambil dari tradisi Jawa, semata karena rujukan yang tersedia.

Keris atau dhuwung terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bilah (wilah atau daun keris), ganja ("penopang"), dan hulu keris (ukiran, pegangan keris). Bagian yang harus ada adalah bilah. Hulu keris dapat terpisah maupun menyatu dengan bilah. Ganja tidak selalu ada, tapi keris-keris yang baik selalu memilikinya. Keris sebagai senjata dan alat upacara dilindungi oleh sarung keris atau warangka.

Bilah keris merupakan bagian utama yang menjadi identifikasi suatu keris. Pengetahuan mengenai bentuk (dhapur) atau morfologi keris menjadi hal yang penting untuk keperluan identifikasi. Bentuk keris memiliki banyak simbol spiritual selain nilai estetika. Hal-hal umum yang perlu diperhatikan dalam morfologi keris adalah kelokan (luk), ornamen (ricikan), warna atau pancaran bilah, serta pola pamor. Kombinasi berbagai komponen ini menghasilkan sejumlah bentuk standar (dhapur) keris yang banyak dipaparkan dalam pustaka-pustaka mengenai keris.

Pengaruh waktu mempengaruhi gaya pembuatan. Gaya pembuatan keris tercermin dari konsep tangguh, yang biasanya dikaitkan dengan periodisasi sejarah maupun geografis, serta empu yang membuatnya.

Pegangan keris atau hulu keris
Pegangan keris (bahasa Jawa: gaman) ini bermacam-macam motifnya, untuk keris Bali ada yang bentuknya menyerupai dewa, pedande (pendeta), raksasa, penari, pertapa hutan dan ada yang diukir dengan kinatah emas dan batu mulia dan biasanya bertatahkan batu mirah delima.

Pegangan keris Sulawesi menggambarkan burung laut. Hal itu sebagai perlambang terhadap sebagian profesi masyarakat Sulawesi yang merupakan pelaut, sedangkan burung adalah lambang dunia atas keselamatan. Seperti juga motif kepala burung yang digunakan pada keris Riau Lingga, dan untuk daerah-daerah lainnya sebagai pusat pengembangan tosan aji seperti Aceh, Bangkinang (Riau) , Palembang, Sambas, Kutai, Bugis, Luwu, Jawa, Madura dan Sulu, keris mempunyai ukiran dan perlambang yang berbeda. Selain itu, materi yang dipergunakan pun berasal dari aneka bahan seperti gading, tulang, logam, dan yang paling banyak yaitu kayu.

Untuk pegangan keris Jawa, secara garis besar terdiri dari sirah wingking ( kepala bagian belakang ) , jiling, cigir, cetek, bathuk (kepala bagian depan) ,weteng dan bungkul.

* Warangka atau sarung keris
Warangka, atau sarung keris (bahasa Banjar : kumpang), adalah komponen keris yang mempunyai fungsi tertentu, khususnya dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa, paling tidak karena bagian inilah yang terlihat secara langsung. Warangka yang mula-mula dibuat dari kayu (yang umum adalah jati, cendana, timoho, dan kemuning). Sejalan dengan perkembangan zaman terjadi penambahan fungsi wrangka sebagai pencerminan status sosial bagi penggunanya. Bagian atasnya atau ladrang-gayaman sering diganti dengan gading.

Secara garis besar terdapat dua bentuk warangka, yaitu jenis warangka ladrang yang terdiri dari bagian-bagian : angkup, lata, janggut, gandek, godong (berbentuk seperti daun), gandar, ri serta cangkring. Dan jenis lainnya adalah jenis wrangka gayaman (gandon) yang bagian-bagiannya hampir sama dengan wrangka ladrang tetapi tidak terdapat angkup, godong, dan gandek.

Aturan pemakaian bentuk wrangka ini sudah ditentukan, walaupun tidak mutlak. Wrangka ladrang dipakai untuk upacara resmi , misalkan menghadap raja, acara resmi keraton lainnya (penobatan, pengangkatan pejabat kerajaan, perkawinan, dll) dengan maksud penghormatan. Tata cara penggunaannya adalah dengan menyelipkan gandar keris di lipatan sabuk (stagen) pada pinggang bagian belakang (termasuk sebagai pertimbangan untuk keselamatan raja ). Sedangkan wrangka gayaman dipakai untuk keperluan harian, dan keris ditempatkan pada bagian depan (dekat pinggang) ataupun di belakang (pinggang belakang).

Dalam perang, yang digunakan adalah keris wrangka gayaman , pertimbangannya adalah dari sisi praktis dan ringkas, karena wrangka gayaman lebih memungkinkan cepat dan mudah bergerak, karena bentuknya lebih sederhana.

Ladrang dan gayaman merupakan pola-bentuk wrangka, dan bagian utama menurut fungsi wrangka adalah bagian bawah yang berbentuk panjang ( sepanjang wilah keris ) yang disebut gandar atau antupan ,maka fungsi gandar adalah untuk membungkus wilah (bilah) dan biasanya terbuat dari kayu ( dipertimbangkan untuk tidak merusak wilah yang berbahan logam campuran ) .

Karena fungsi gandar untuk membungkus , sehingga fungsi keindahannya tidak diutamakan, maka untuk memperindahnya akan dilapisi seperti selongsong-silinder yang disebut pendok . Bagian pendok ( lapisan selongsong ) inilah yang biasanya diukir sangat indah , dibuat dari logam kuningan, suasa ( campuran tembaga emas ) , perak, emas . Untuk daerah diluar Jawa ( kalangan raja-raja Bugis , Goa, Palembang, Riau, Bali ) pendoknya terbuat dari emas , disertai dengan tambahan hiasan seperti sulaman tali dari emas dan bunga yang bertaburkan intan berlian.

Untuk keris Jawa , menurut bentuknya pendok ada tiga macam, yaitu (1) pendok bunton berbentuk selongsong pipih tanpa belahan pada sisinya , (2) pendok blewah (blengah) terbelah memanjang sampai pada salah satu ujungnya sehingga bagian gandar akan terlihat , serta (3) pendok topengan yang belahannya hanya terletak di tengah . Apabila dilihat dari hiasannya, pendok ada dua macam yaitu pendok berukir dan pendok polos (tanpa ukiran).


* Wilah

Keris Moro (kalis) dari Sulu, bilah tidak dituakan dan tidak berpamor.

Wilah atau wilahan adalah bagian utama dari sebuah keris, dan juga terdiri dari bagian-bagian tertentu yang tidak sama untuk setiap wilahan, yang biasanya disebut dapur, atau penamaan ragam bentuk pada wilah-bilah (ada puluhan bentuk dapur). Sebagai contoh, bisa disebutkan dapur jangkung mayang, jaka lola , pinarak, jamang murub, bungkul , kebo tedan, pudak sitegal, dll.

Pada pangkal wilahan terdapat pesi , yang merupakan ujung bawah sebilah keris atau tangkai keris. Bagian inilah yang masuk ke pegangan keris ( ukiran) . Pesi ini panjangnya antara 5 cm sampai 7 cm, dengan penampang sekitar 5 mm sampai 10 mm, bentuknya bulat panjang seperti pensil. Di daerah Jawa Timur disebut paksi, di Riau disebut puting, sedangkan untuk daerah Serawak, Brunei dan Malaysia disebut punting.

Pada pangkal (dasar keris) atau bagian bawah dari sebilah keris disebut ganja (untuk daerah semenanjung Melayu menyebutnya aring). Di tengahnya terdapat lubang pesi (bulat) persis untuk memasukkan pesi, sehingga bagian wilah dan ganja tidak terpisahkan. Pengamat budaya tosan aji mengatakan bahwa kesatuan itu melambangkan kesatuan lingga dan yoni, dimana ganja mewakili lambang yoni sedangkan pesi melambangkan lingganya. Ganja ini sepintas berbentuk cecak, bagian depannya disebut sirah cecak, bagian lehernya disebut gulu meled , bagian perut disebut wetengan dan ekornya disebut sebit ron. Ragam bentuk ganja ada bermacam-macam, wilut , dungkul , kelap lintah dan sebit rontal.

Luk, adalah bagian yang berkelok dari wilah-bilah keris, dan dilihat dari bentuknya keris dapat dibagi dua golongan besar, yaitu keris yang lurus dan keris yang bilahnya berkelok-kelok atau luk. Salah satu cara sederhana menghitung luk pada bilah , dimulai dari pangkal keris ke arah ujung keris, dihitung dari sisi cembung dan dilakukan pada kedua sisi seberang-menyeberang (kanan-kiri), maka bilangan terakhir adalah banyaknya luk pada wilah-bilah dan jumlahnya selalu gasal ( ganjil) dan tidak pernah genap, dan yang terkecil adalah luk tiga (3) dan terbanyak adalah luk tiga belas (13). Jika ada keris yang jumlah luk nya lebih dari tiga belas, biasanya disebut keris kalawija, atau keris tidak lazim.

Pasikutan, tangguh keris, dan perkembangan di masa kini
Yang dimaksud dengan pasikutan adalah "roman" atau kesan emosi yang dibangkitkan oleh wujud suatu keris. Biasanya, personifikasi disematkan pada suatu keris, misalnya suatu keris tampak seperti "bungkuk", "tidak bersemangat", "riang", "tidak seimbang", dan sebagainya. Kemampuan menengarai pasikutan merupakan tahap lanjut dalam mendalami ilmu perkerisan dan membawa seseorang pada panangguhan keris.

Langgam/gaya pembuatan suatu keris dipengaruhi oleh zaman, tempat tinggal dan selera empu yang membuatnya. Dalam istilah perkerisan Jawa, langgam keris menurut waktu dan tempat ini diistilahkan sebagai tangguh. Tangguh dapat juga diartikan sebagai "perkiraan", maksudnya adalah perkiraan suatu keris mengikuti gaya suatu zaman atau tempat tertentu. "Penangguhan" keris pada umumnya dilakukan terhadap keris-keris pusaka, meskipun keris-keris baru dapat juga dibuat mengikuti tangguh tertentu, tergantung keinginan pemilik keris atau empunya.

Tangguh keris tidak bersifat mutlak karena deskripsi setiap tangguh pun dapat bersifat tumpang tindih. Selain itu, pustaka-pustaka lama tidak memiliki kesepakatan mengenai empu-empu yang dimasukkan ke dalam suatu tangguh. Hal ini disebabkan tradisi lisan yang sebelum abad ke-20 dipakai dalam ilmu padhuwungan.

Meskipun tangguh tidak identik dengan umur, tangguh keris (Jawa) yang tertua yang dapat dijumpai saat ini adalah tangguh Buda (atau keris Buda). Keris modern pusaka tertua dianggap berasal dari tangguh Pajajaran, yaitu dari periode ketika sebagian Jawa Tengah masih di bawah pengaruh Kerajaan Galuh. Keris pusaka termuda adalah dari masa pemerintahan Pakubuwana X (berakhir 1939). Selanjutnya, kualitas pembuatan keris terus merosot, bahkan di Surakarta pada dekade 1940-an tidak ada satu pun pandai keris yang bertahan.

Kebangkitan seni kriya keris di Surakarta dimulai pada tahun 1970, dibidani oleh K.R.T. Hardjonagoro (Go Tik Swan) dan didukung oleh Sudiono Humardani, melalui perkumpulan Bawa Rasa Tosan Aji. Perlahan-lahan kegiatan pandai keris bangkit kembali dan akhirnya ilmu perkerisan juga menjadi satu program studi pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta (sekarang ISI Surakarta).

Keris-keris yang dibuat oleh para pandai keris sekarang dikenal sebagai keris kamardikan ("keris kemerdekaan"). Periode ini melahirkan beberapa pandai keris kenamaan dari Solo seperti KRT. Supawijaya (Solo), Pauzan Pusposukadgo (Solo), tim pandai keris STSI Surakarta, Harjosuwarno (bekerja pada studio milik KRT Hardjonagoro di Solo), Suparman Wignyosukadgo (Solo).

sumber: id.wikipedia.org

Keris Modern Terbentuk Pada Masa Majapahit

Keris modern
Belati tikam dan keris koleksi istana Pagar Ruyung. Belati tikam telah dikenal dari milenium pertama di Nusantara.

Keris modern yang dikenal saat ini diyakini para sejarawan memperoleh bentuknya pada masa Majapahit (abad ke-14) dan Kesultanan Mataram baru (abad ke-17-18), meskipun relief di Candi Bahal peninggalan Kerajaan Panai/Pane (abad ke-11 M), sebagai bagian dari kerajaan Sriwijaya, di Portibi Sumatera Utara, menunjukan indikasi bahwa pada abad 10-11 keris sebagaimana yang dikenal sekarang sudah menemukan bentuknya. Dari abad ke-15, salah satu relief di Candi Sukuh, yang merupakan tempat pemujaan dari masa akhir Majapahit, dengan gamblang menunjukkan seorang empu tengah membuat keris. Hal ini menjadi alasan para ahli untuk menyatakan bahwa bentuk keris yang dikenal sekarang telah mencapai perkembangan modernnya pada masa Majapahit.

Catatan Ma Huan dari tahun 1416, anggota ekspedisi Cheng Ho, dalam "Ying-yai Sheng-lan" menyebutkan bahwa orang-orang Majapahit selalu mengenakan "belati" (pu-la-t'ou) yang diselipkan pada ikat pinggang. Terdapat deskripsi yang menunjukkan bahwa "belati" ini adalah keris dan teknik pembuatan pamor telah berkembang baik. Tome Pires, penjelajah Portugis dari abad ke-16, menyinggung tentang kebiasaan penggunaan keris oleh laki-laki Jawa. Deskripsinya tidak jauh berbeda dari yang disebutkan Ma Huan seabad sebelumnya.

Berita-berita Portugis dan Prancis dari abad ke-17 telah menunjukkan penggunaan meluas pamor dan pemakaian pegangan keris dari kayu, tanduk, atau gading di berbagai tempat di Nusantara.

Perkembangan fungsi keris
Pada masa kini, keris memiliki fungsi yang beragam dan hal ini ditunjukkan oleh beragamnya bentuk keris yang ada.

Keris sebagai elemen persembahan sebagaimana dinyatakan oleh prasasti-prasasti dari milenium pertama menunjukkan keris sebagai bagian dari persembahan. Pada masa kini, keris juga masih menjadi bagian dari sesajian. Lebih jauh, keris juga digunakan dalam ritual/upacara mistik atau paranormal. Keris untuk penggunaan semacam ini memiliki bentuk berbeda, dengan pesi menjadi hulu keris, sehingga hulu menyatu dengan bilah keris. Keris semacam ini dikenal sebagai keris sesajian atau "keris majapahit" (tidak sama dengan keris tangguh Majapahit)

Pemaparan-pemaparan asing menunjukkan fungsi keris sebagai senjata di kalangan awam Majapahit. Keris sebagai senjata memiliki bilah yang kokoh, keras, tetapi ringan. Berbagai legenda dari periode Demak–Mataram mengenal beberapa keris senjata yang terkenal, misalnya keris Nagasasra Sabukinten.

Laporan Perancis dari abad ke-16 telah menceritakan peran keris sebagai simbol kebesaran para pemimpin Sumatera (khususnya Kesultanan Aceh). Godinho de Heredia dari Portugal menuliskan dalam jurnalnya dari tahun 1613 bahwa orang-orang Melayu penghuni Semenanjung ("Hujung Tanah") telah memberikan racun pada bilah keris dan menghiasi sarung dan hulu keris dengan batu permata.

"Penghalusan" fungsi keris tampaknya semakin menguat sejak abad ke-19 dan seterusnya, sejalan dengan meredanya gejolak politik di Nusantara dan menguatnya penggunaan senjata api. Dalam perkembangan ini, peran keris sebagai senjata berangsur-angsur berkurang. Sebagai contoh, dalam idealisme Jawa mengenai seorang laki-laki "yang sempurna", sering dikemukakan bahwa keris atau curiga menjadi simbol pegangan ilmu/keterampilan sebagai bekal hidup. Berkembangnya tata krama penggunaan keris maupun variasi bentuk sarung keris (warangka) yang dikenal sekarang dapat dikatakan juga merupakan wujud penghalusan fungsi keris.

Berbagai cara mengenakan keris berdasarkan Kebudayaan Jawa.
Pada masa kini, kalangan perkerisan Jawa selalu melihat keris sebagai tosan aji atau "benda keras (logam) yang luhur", bukan sebagai senjata. Keris adalah dhuwung, bersama-sama dengan tombak; keduanya dianggap sebagai benda "pegangan" (ageman) yang diambil daya keutamaannya dengan mengambil bentuk senjata tikam pada masa lalu. Di Malaysia, dalam kultur monarki yang kuat, keris menjadi identitas kemelayuan.

Tata cara penggunaan keris berbeda-beda di masing-masing daerah. Di daerah Jawa dan Sunda misalnya, keris ditempatkan di pinggang bagian belakang pada masa damai tetapi ditempatkan di depan pada masa perang. Penempatan keris di depan dapat diartikan sebagai kesediaan untuk bertarung. Selain itu, terkait dengan fungsi, sarung keris Jawa juga memiliki variasi utama: gayaman dan ladrang. Sementara itu, di Sumatra, Kalimantan, Malaysia, Brunei dan Filipina, keris ditempatkan di depan dalam upacara-upacara kebesaran.

sumber: id.wikipedia.org

Sejarah Keris dari Masa pra-Majapahit

Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berliku-liku, dan banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), yaitu guratan-guratan logam cerah pada helai bilah. Jenis senjata tikam yang memiliki kemiripan dengan keris adalah badik.

Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel/peperangan, sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesori (ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.

Penggunaan keris tersebar pada masyarakat penghuni wilayah yang pernah terpengaruh oleh Majapahit, seperti Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, pesisir Kalimantan, sebagian Sulawesi, Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan (Mindanao). Keris Mindanao dikenal sebagai kalis. Keris di setiap daerah memiliki kekhasan sendiri-sendiri dalam penampilan, fungsi, teknik garapan, serta peristilahan.

Karya-karya ukir dari milenium pertama penanggalan Masehi kebanyakan menampilkan bentuk-bentuk senjata tikam dan "wesi aji" lainnya dari India. Meskipun demikian diketahui terdapat satu panel relief Candi Borobudur (abad ke-9) yang memperlihatkan seseorang memegang benda serupa keris.

Dari abad yang sama, prasasti Karangtengah berangka tahun 824 Masehi menyebut istilah "keris" dalam suatu daftar peralatan. Prasasti Poh (904 M) menyebut "keris" sebagai bagian dari sesaji yang perlu dipersembahkan. Walaupun demikian, tidak diketahui apakah "keris" itu mengacu pada benda seperti yang dikenal sekarang.
Keris pusaka Knaud, salah satu contoh keris Buda.

Dalam pengetahuan perkerisan Jawa (padhuwungan), keris dari masa pra-Kadiri-Singasari dikenal sebagai "keris Buda" atau "keris sombro". Keris-keris ini tidak berpamor dan sederhana. Keris Buda dianggap sebagai bentuk pengawal keris modern. Contoh bentuk keris Buda yang kerap dikutip adalah milik keluarga Knaud dari Batavia yang didapat Charles Knaud, seorang Belanda peminat mistisisme Jawa, dari Sri Paku Alam V. Keris ini memiliki relief tokoh epik Ramayana pada permukaan bilahnya dan mencantumkan angka tahun Saka 1264 (1342 Masehi), sezaman dengan Candi Penataran, meskipun ada yang meragukan penanggalannya.

Relief rendah di Candi Penataran, Blitar. Perhatikan bagian hulu senjata yang tidak simetris dan bilah yang langsing menunjukkan ciri keris modern.

Keris Buda memiliki kemiripan bentuk dengan berbagai gambaran belati yang terlihat pada candi-candi di Jawa sebelum abad ke-11. Belati pada candi-candi ini masih memperlihatkan ciri-ciri senjata India, belum mengalami "pemribumian" (indigenisasi). Adanya berbagai penggambaran berbagai "wesi aji" sebagai komponen ikon-ikon dewa Hindu telah membawa sikap penghargaan terhadap berbagai senjata, termasuk keris kelak. Meskipun demikian, tidak ada bukti autentik mengenai evolusi perubahan dari belati gaya India menuju keris buda ini.

Kajian ikonografi bangunan dan gaya ukiran di masa Kediri-Singasari (abad ke-13 sampai ke-14) menunjukkan kecenderungan pemribumian dari murni India menuju gaya Jawa, tidak terkecuali dengan bentuk keris. Salah satu patung Siwa dari periode Singasari (abad ke-14 awal) memegang "wesi aji" yang mirip keris, berbeda dari penggambaran masa sebelumnya. Salah satu relief rendah (bas-relief) di dinding Candi Penataran juga menunjukkan penggunaan senjata tikam serupa keris. Candi Penataran (abad ke-11 sampai ke-13 M) dari masa akhir Kerajaan Kadiri di Blitar, Jawa Timur.

Asal-usul dan fungsi
Asal-usul keris belum sepenuhnya terjelaskan karena tidak ada sumber tertulis yang deskriptif mengenainya dari masa sebelum abad ke-15, meskipun penyebutan istilah "keris" telah tercantum pada prasasti dari abad ke-9 Masehi. Kajian ilmiah perkembangan bentuk keris kebanyakan didasarkan pada analisis figur di relief candi atau patung. Sementara itu, pengetahuan mengenai fungsi keris dapat dilacak dari beberapa prasasti dan laporan-laporan penjelajah asing ke Nusantara.

Awal mula: Pengaruh India-Tiongkok
Senjata tajam dengan bentuk yang diduga menjadi sumber inspirasi pembuatan keris dapat ditemukan pada peninggalan-peninggalan perundagian dari Kebudayaan Dongson dan Tiongkok selatan. Dugaan pengaruh kebudayaan Tiongkok Kuna dalam penggunaan senjata tikam, sebagai cikal-bakal keris, dimungkinkan masuk melalui kebudayaan Dongson (Vietnam) yang merupakan "jembatan" masuknya pengaruh kebudayaan Tiongkok ke Nusantara. Sejumlah keris masa kini untuk keperluan sesajian memiliki gagang berbentuk manusia (tidak distilir seperti keris modern), sama dengan belati Dongson, dan menyatu dengan bilahnya.

Sikap menghormati berbagai benda-benda garapan logam dapat ditelusuri sebagai pengaruh India, khususnya Siwaisme. Prasasti Dakuwu (abad ke-6) menunjukkan ikonografi India yang menampilkan "wesi aji" seperti trisula, kudhi, arit, dan keris sombro. Para sejarawan umumnya bersepakat, keris dari periode pra-Singasari dikenal sebagai "keris Buda", yang berbentuk pendek dan tidak berluk (lurus), dan dianggap sebagai bentuk awal (prototipe) keris. Beberapa belati temuan dari kebudayaan Dongson memiliki kemiripan dengan keris Buda dan keris sajen. Keris sajen memiliki bagian pegangan dari logam yang menyatu dengan bilah keris.

sumber: id.wikipedia.org

Pamor Tosan Aji dan Meracik Minyak Pusaka

Beberapa Pamor Khas Tosan Aji:
1. Pamor Wirasat
adlh sebutan u/ sebagian gambaran pamor yg tampak lbh dominan & berbeda dr seluruh pola yg ada di permukaanbilah. Wirasat berarti isyarat , disebut demikian krn pamor tsb dianggap sbg isyarat tertentu dari dunia gaib. Keris seperti ini bnyk disukai krn memancarkan guwaya dan dianggap memiliki khasiat tertentu.
2. Pamor Munggul
adalah sebagian pamor dgn permukaan mencuat pd permukaan bilah. Biasanya berwarna lebih putih drpd warna pamor sekelilingnya, keris berpamor munggul bnyk disukai konon krn dianggap dpt mendatangkan sifat positif sehingga pemiliknya memiliki berbagai kelebihan.
3. Pamor Angka Wiyat
yaitu pamor mengkilap keperak-perakan terutama yg berada tepat pd permukaan bilah keris sehingga disebut pula sbg pamor perak ataupun pamor akhodiyat
4.Pamor Mbuntel Mayit
adlh pamor yg menyambung dr satu sisi bilah hingga ke sisi sebaliknya, melilit sepanjang tubuh bilah keris seperti bungkusan mayat, keris berpamor seperti ini tidak disukai krn dianggap dapat mendatangkan malapetaka & kesengsaraan.
5.Pamor Khudung Mayit
adalah lapisan pamor yang menutupi ujung keris shg berkesan seperti khudung(tutup kepala) keris seperti ini tidak disukai karena dianggap dpt menghalangi tercapainya cita-cita pemiliknya.
6.Pamor Pegat Waja
adalah lapisan pamor yg tidak sepenuhnya menempel atau renggang dari baja intinya, keris seperti ini juga kurang disukai karena dipercaya dpt menimbulkan perceraian atau sengketa.

Cara aman & mudah meramu minyak untuk merawat keris :
Bagi yg memiliki keris biasanya bingung ada tidaknya perawatan untuk mingguan dan bulanan, tapi saya menyarankan untuk melakukan perawatan ini.


Ada 2 macam minyak untuk perawatan ini
*Mingguan : Minyak putih yang memakai wangi - wangian.cendana + melati asli, jadi berbau soft dan membuat konsentrasi penuh saat duduk bersama atau meditasi.
*Bulanan : Minyak putih murni. Minyak putih khusus yang di pesan dan di buat sangat cair seperti air mencegah timbulnya karat /korosi pada bilah maka tidak lengket sehingga cepat untuk mutih bilah keris,larut apabila terkena air dan tidak menimbulkan bau. Apabila dicampur dengan minyak cendana atau melati benar - benar hanya berbau itu.

Berbeda dengan minyak putih lainnya(contoh singger) mempunyai bau sehingga bila di campur wangi wangian akan berbau aneh..menimbulkan lengket pada bilah keris, sehingga waktu pemutihan bilah menjadi sangat lama merendamnya dikarenakan lengket.

Campuran minyak keris dengan bau yang keras memberi kesan sakral, dan ini bersifat umum yang dipakai kebanyakan orang karena mudah didapat, minyak itu campuran minyak Jafaron dan minyak Misik.

Bila ingi meracik minyak sendiri ada resep khusus,Siapkan :
1. Minyak Parafin 60cc
2. Bibit Cendana Wangi (sandalwood) 25cc
3. Bibit Misik (musk) 10cc
4. Bibit Melati 5cc
Campurkan hingga totalnya menjadi 100cc, minyak seperti ini sangat cocok untuk melindungi tosan aji, selain aman juga memiliki harum yang ideal.

Minyak parafin adalah minyak hasil olahan pabrik yg kadar airnya sgt kecil, misalnya minyak u/ mesin jahit atau minyak u/ senjata api, kadar air dr minyak ini sekitar 0,02% jd sulit u/ menimbulkan karat di tosan aji, sedangkan bibit maksudnya minyak yg msh asli tidak dicampur parfum karena parfum dapat menimbulkan karat pada tosan aji.

Selamat mencoba

sumber: kerises.multiply.com/kaskus.us/

Merawat dan Menjamas Pusaka

Menjamas pusaka adalah proses merawat dan menjaga pusaka hingga tetap bebas dari karat hingga terjaga dari kerusakan. Proses merawat pusaka ini mulai dari proses membersihkan dari karat / mutih, mewarangi, hingga meminyaki dan memberi wewangian pada pusaka. Keseluruhan proses ini disebut proses Jamasan Pusaka. Dan yang terpenting dari seluruh proses ini adalah sikap batin kita yang harus “nderek langkung” alias permisi, menghormati dan tidak meremehkan. Hal tersebut merupakan penghormatan kita atas kerja sang empu dan atas berkah Tuhan atas pusaka tersebut.


Mencuci Pusaka / Mutih
Syarat mutlak agar bilah keris bisa diwarangi dengan baik, adalah bilah harus diputih dengan baik terlebih dulu, setelah terlebih dulu dibersihkan dari berbagai noda, kotoran atau karatnya – termasuk warangan yang terdahulu / lama / bekas. Cara ini disebut “mutih”.

Salah satu cara tradisional mutih adalah :
- Rendam bilah keris dengan air kelapa tua (asam lemah) selama beberapa hari, bergantung kadar kotoran dan karatnya. (air bisa ditaburi dengan bunga setaman)
- Gosok bilah dengan jeruk nipis sehingga menjadi putih keperakan
- Buah lerak dibuang isinya dan diberi sedikit air dalam mangkok agar berbusa.
- Dengan sikat halus, gosok keris yang telah dimandikan tadi dengan air lerak. Saat menggosok keris dengan sikat jangan dibolak-balik. Sebaiknya mulai dari pesi sampai ganja terus ke awak-awak hingga pucuk. Lakukan dengan pelan dan mantap hingga benar-benar bersih. Lebih hati-hati lagi jika membersihkan keris kinatah atau keris yang kembang kacangnya sudah sangat tipis.
- Lakukan pada bilah keris baliknya.
- Setelah benar-benar bersih, keringkan dengan menggunakan kain bersih dengan cara memijit-mijitkan kain ke seluruh bagian.
- Keris yang telah kering disiram dengan air bersih dan keringkan kembali seperti sebelumnya.


Beberapa cara yang lain untuk mutih :

1. Di rendam dalam air jeruk nipis.
Akan lebih baik dai perasan air jeruk nipis yang sebelumnya buah jeruk tersebut dikupas. Kulit jeruk bisa menyebabkan bilah keris menjadi kemerahan. Perlu dilihat waktu perendaman karena air jeruk ini bisa memakan bilah besi jika terlalu lama direndam. Jadi sering-sering di cek. Biasanya membutuhkan waktu sektar 6 jam - 1 hari tergantung kualitas warangan yang lama.

2. Jika ingin tidak terlalu makan besi, bisa menggunakan air kelapa tua.
Ini bisa membutuhkan waktu antara 2-5 hari tergantung warangan yang melekat pada bilah. Jika menggunakan cara ini, maka tiap hari kita perlu membersihkan keris dengan sabun colek. Setelah kering dan sabun bersih, maka dimasukkan lagi ke air kelapa. Tetapi jangan mengganti air kelapa tersebut. Dibiarkan saja menggunakan yang awal. Air kelapa juga bisa mengangkat karat dari bilah keris.

3. Jika ingin instant, bisa menggunakan air campur dengan serbuk sitrun.
Tetapi ini sangat tidak dianjurkan karena bisa membuat bilah keris berpori atau berbintik. Jadi serat besi akan hilang.

4. Cara paling ekstrim dan sangat tidak dianjurkan adalah dengan menggunakan cairan HCL atau Asam Nitrat. Ini sangat merusak keris walau keris bisa putih segera dalam waktu hanya sekitar 5 menitan.

Setelah itu keris dioles dengan jeruk nipis yang sudah di kupas dan dibelah menjadi 2 bagian.
Bisa ditambahkan dengan abu gosok, dimana belahan jeruk dimasukkan ke abu gosok dan dioleskan ke keris. Cuci dengan air bersih. Barulah kemudian keris bisa menjadi putih sehingga siap diwarangi. Memutih bilah, bisa dilakukan siapa saja. Tidak perlu ahli. Setelah bilah bebas karat usai direndam air kelapa, dan disikat sabun colek jeruk nipis, ya tinggal disikat terus, pelan-pelan. Sesabar-sabarnya, sabun-jeruk-sabun-jeruk sampai nyaris "putih" kemilau, seperti seolah bilah dicat warna metalik.
Jangan memutihkan keris dengan cara di ampelas atau apalagi di kikir!

Mewarangi
Proses "memutih" bilah keris adalah kunci sukses pertama untuk mewarangi. Proses lainnya adalah "setelan" dalam membuat warangan yang pas untuk berbagai jenis bilah dan proses mewarangi itu sendiri.

Membuat Warangan
Bahan utama membuat warangan adalah Batu Warangan (serbuk warangan) dan air jeruk nipis.

a. Batu Warangan
Batu warangan yang bermutu bagus adalah batu warangan eks cina. Batu warangan sangat mahal (sekitar 2 jt rupiah per ons) dan sulit diperoleh. Hal ini karena memang barang seperti itu tidak banyak, juga karena adanya berbagai larangan di negara-negara tertentu (Singapura, misalnya) untuk pemakaian sembaran warangan, maka kelangkaan bahan warangan pun terjadi. Tak semudah seperti dulu.

Sebenarnya batu warangan berbeda atau tidak seratus persen sama dengan arsenikum (Ar). Arsenikum yang dijual di apotik atau toko-toko kimia (sulit juga di dapat) biasanya dipakai sebagai campuran "agar warangan lebih galak". Akan tetapi, hati-hati - selain beracun, warangan kimia juga "lebih menggerogot bilah" karena kemurniannya, jika dibanding dengan "warangan alam" eks Cina.

Yang pasti, batu warangan - dan juga arsenik murni yang terkadang dijadikan katalis - sangat tidak mudah didapat di berbagai negara yang "sadar lingkungan". Bagaimana pun, warangan - utamanya arsenikum - adalah bahan yang berbahaya bagi keselamatan manusia. Soalnya, kandungan arsenik yang masuk ke dalam tubuh, biasanya menetap (bersifat akumulatif). Jadi kalau setiap hari tambah arsenik di tubuh kita, ya tentunya tumpukan unsur arsenik di tubuh kita semakin menggunung.

Batu warangan yang eks Cina, memang bukan "murni" arsenik. Di dalamnya terdapat pula kandungan kapur, belerang di samping tentu juga arsenik di dalamnya. Karenanya jika diperhatikan, ada batu warangan yang kekuning-kuningan, ada juga semburat ungu (violet) nya, serta ada juga yang dominan putih, dengan semburat warna jingga, kuning, dan lainnya. Sedangkan arsenikum apotik, tentunya murni hanya unsur arsenik.

b. Jeruk Nipis
Yang dipakai adalah jeruk nipis (Jawa: Jeruk Pecel), bukan jeruk lemon atau jeruk purut. Jeruk nipis dikupas kulitnya dengan pisau kecil, agar cuma tinggal kulit dalamnya. Hal ini karena cairan "sereng" yang keluar dari kulit jeruk tak baik untuk melarutkan warangan. Malah mungkin "memperburuk" mutu warangan.

Cara memeras jeruk ada tekniknya sendiri - baik untuk mutih maupun terutama untuk bahan cairan warangan. Kelihatannya sepele, tetapi sebenarnya tak demikian.

Ada beberapa cara memeras jeruk. Bisa pakai alat (dibelah dan diputar-putar dalam alat perasan jeruk yang biasa untuk minuman perasan jeruk), atau "fully manual" alias dengan tangan hampa saja. Jeruk dibelah membujur - sesuai dengan serat pada belahan jeruk. Malah lebih mudah dan enteng lagi, jika diprapat, atau malah diperdelapan.Hilangkan bijinya, lalu peras di atas rantang atau waskom yang sudah lebih dulu ditutupi saringan teh-kopi. Peras, dan sekaligus pelan-pelan disaring. Karena perasan jeruk biasanya katut (terikut) ampasnya, maka memerasnya pun harus cukup sabar. Ampas perasan jeruk pun masih bisa diperas lagi pakai kain kaos, lalu dipencet di atas saringan teh. Setelah rantang cairan hasil perasan jeruk terisi, maka tuang cairan ke dalam botol dengan "corong" yang juga - sekali lagi - diberi saringan, berupa kain kaos yang tak terlalu rapat lubang-lubangnya.

Jadilah sudah, "air jeruk" murni yang bening. Tinggal diletakkan beberapa hari -- bisa juga beberapa bulan di botol, maka larutan jeruk akan mengendap sendiri dan menghasilkan larutan jeruk yang sangat bening... Untuk membuat warangan dibutuhkan sekitar 15 kg jeruk nipis sehingga menjadi sekitar 1,5 liter air jeruk

c. Meramu Warangan
Soal "meramu larutan warangan". Ini juga penting, lantaran apabila kita belajar mewarangi, tentu tak lepas pula dari membuat warangan. Larutan yang kalau dimasukkan dalam botol, warnanya mirip Coca Cola yang lebih pekat ini, adalah "harta karun" bagi mereka yang hobi atau ahli mewarangi.

Biasanya, jika kita ingin membuat larutan warangan baru, dibutuhkan juga "bibit warangan yang sudah jadi dan berkualitas bagus”. Bibit yang dibutuhkan tidak perlu banyak, cukup secangkir saja untuk seliter larutan warangan baru. Kegunaan “bibit” ini adalah sebagai katalisator, agar warangan baru bisa bereaksi. Jadi atau tidak jadi warangannya, bisa dilihat dengan memasukkan paku yang diikat dengan benang ke dalam botol larutan. Warangan yang jadi, akan segera "menghitamkan paku" yang digantung benang seharian.

Cara membuat larutan baru:
Pertama-tama mengendapkan dulu hasil perasan air jeruk. Botol berisi air jeruk, kita biarkan berhari-hari di tempat yang tenang. Anda akan melihat, cairan jeruk terpisah dua warna - bening di bagian atas, dan keruh atau pekat-endapan di bagian bawah. Ambil botol kaca yang kosong, lalu tuang yang bening (bagian atas) ke botol baru. Endapan jeruk nipis jangan dibuang, akan tetapi sendirikan dalam botol lain. Endapan ini bisa digunakan untuk bahan "memutih bilah". (Jika diendapkan terus, sebotol endapan ini juga akan menghasilkan jeruk bening bagian atasnya, yang tentu saja bisa kita pindahkan ke botol jeruk bening yang pertama).

Dalam waktu lebih dari tiga bulan atau berbulan-bulan, jeruk bening di dalam botol akan berubah warna. Dari semula kuning agak gading, menjadi "kuning semu oranye", agak tua. Jeruk inilah yang akan dipakai untuk bikin larutan warangan baru. (Ada juga yang tak perlu melalui proses "pembeningan" jeruk, tetapi langsung saja perasan jeruk nipis dicampur dengan bubuk batu warangan baru. Risikonya, di masa datang warangannya ada endapan jeruknya).

Selanjutnya adalah melarutkan warangan. Caranya sederhana saja. Tumbuk (lumatkan) dulu batu warangan, biasa dengan "deplokan" (mangkuk pelumat) yang biasa dipakai untuk mendeplok obat di apotik-apotik. Biasanya, mangkuk-pendeplok ini dari bahan porselen tebal, lengkap dengan alu-pendeploknya yang juga dari porselen. Banyak dijual di kios-kios obat di Pasar Raya 1 Salatiga, Pasar Projo Ambarawa. Atau, toko-toko obat, bagi warga lain di luar daerah saya silahkan cari di Pasar Tradisional di sekitar daerah anda.

Berikutnya adalah melakukan pencampuran antara perasan air jeruk dengan bubuk warangan tadi. Komposisinya adalah sangat etrgantung pada hasil yang diharapkan karena pada setiap jenis besi terkadang harus dilakukan “adjustment” dengan cara menambahkan air jeruknya.

Untuk memancing agar warangan baru bisa cepat "jadi", selain di-katalisasi dengan secangkir warangan yang sudah joss, juga botol berisi warangan itu "dijemur di terik matahari. Ada juga cara lain dengan "nasi basi", atau nasi yang sudah lembek, kecut.

Bisa dibilang tidak ada warangan manapun yang langsung jadi. Harus distel dulu. Umumnya jadi tiga jenis warangan, yakni warangan "galak", setengah "galak", dan warangan "nom" atau lambat-reaksi untuk bilah-bilah dengan jenis pamor yang sanak.

Warangan lebih dulu “di adjust” dengan cara coba-coba celup bilah percobaan yang sudah diputih. Jika dirasa "kurang galak", maka bisa ditambahkan perasan jeruk nipis aga lebih “galak”. Hal ini butuh "feeling" dan pengalaman tersendiri. Bilah "majapahitan" biasanya "langsung nyamber", gampang diwarangi. Tetapi bilah-bilah tua lainnya dengan pamor sanak akan sulit diwarangi. Butuh “adjustment” warangan tersendiri.
Seorang ahli warangan yang baik, akan memiliki beberapa jenis larutan warangan yang akan dipakai untuk jenis logam/besi yang berbeda-beda pula. Bahkan tak jarang mereka punya larutan warangan untuk beberapa jenis tangguh, jika tangguh dianggap mewakili jenis-jenis logam yang berbeda. Dia juga akan melihat 'hari baik' untuk mulai proses mewarangi, biasanya saat cuaca terang dan matahari bersinar dengan cerah (sebagai katalis).

Beberapa Metode Pewarangan
Hasil proses mewarangi dipengaruhi setidaknya tiga variable yaitu: jenis logamnya, kualitas ramuan warangan (bubuk warangan, air jeruk, dan katalisnya juga proses adjustment-nya), serta cara melakukan pewarangan. Untuk hasil optimal, ketiga variable tadi harus dalam kondisi yang 'saling mendukung'.

Ada juga sebelum diwarangi,wilah yang sudah diputih dijemur dulu biar cukup panas sebelum dicelup dalam larutan warangan. Ada juga yang pakai metode 'staging' yaitu mewarangi dengan beberapa tahap, dimulai dari tahapan 'warangan enom/muda' setelah itu meningkat ke 'warangan tua' sehingga bilah semakin menghitam. Dalam hal ini terdapat istilah kalau bilah terlalu hitam setelah diwarangi disebut 'warangane ketuan / warangannya terlalu tua'.

Secara garis besar, ada dua metode mewarangi :

a. Cara Di-koloh
- Siapkan warangan yang telah dicampur air jeruk
- Rendam pusaka dalam cairan warangan itu – beberapa kali sekitar setiap sepuluh menit diangkat dan diangin-anginkan sambil dibantu dengan pijitan tangan hingga meresap.
Mencelup / merendam bilah dalam warangan pun, tidak sembarangan. Disini diperlukan pengalaman empirik, yang sulit dituturkan dalam tulisan. Yang pasti, setiap upaya mewarangi, pasti sering terbentur kegagalan. Jika gagal? Ya "kembali ke laptop", diputih lagi. Begitu seterusnya

b. Cara Di-nyek
- Pusaka dijemur hingga panas lalu dilumuri warangan secara langsung dengan cara dipijit-pijit (di-nyek) hingga kering
- Setelah kering dijemur lagi dan kemudian kembali dilumuri warangan dan dipijit-pijit. Begitu seterusnya hingga tiga kali.
- Siapkan air jeruk dicampur dengan air buah klerek/air sabun lalu pusaka dikeplok dengan kedua genggaman tangan dibersihkan dengan air bersih lalu dijemur lagi
- Setelah itu kembali ke proses awal … hingga beberapa kali sambil diamati bagian per bagian. Semakin lama maka warna pusaka semakin kereng (gelap), hingga guwaya pusaka menjadi bagus. Biasanya pengulangan hingga sembilan kali. Setelah yang terakhir, dibilas hingga bersih dari bercak merah warangan yang tidak menempel.

Menjamas dengan cara di-nyek memang sangat membutuhkan banyak warangan. Keunggulan cara ini adalah membuat pamor tidak mubyar melainkan kelem dan angker, serat atau lapisan yang sering disebut pamor sanak pada besi keleng dapat tenggelam dalam nuansa wingit. Namun hasil metode ini kadang dirasa kurang kontras, jika dibandingkan dengan yang "koloh".


Memberi Wewangian dan Meminyaki Pusaka
Berbeda dengan tahap sebelumnya, tahap ini merupakan tahap yang kerap diulang-ulang hingga sebulan sekali, terutama bagian meminyaki keris. Tahap ini disebut pula tahap pemeliharaan yang menjaga agar keris tidak berkarat.


1. Memberi Wewangian
Setelah keris diberi warangan, ada baiknya jika keris diberikan wewangian dupa terlebih dahulu. Caranya :
- Pertama-tama olesi keris dengan minyak pusaka tipis saja. Ambil campuran bubuk gaharu, ratus dan ramasala – taburkan pada bilah keris hingga lengket – biarkan beberapa menit.
- Setelah itu nyalakan lilin – taruhlah di atas lilin dengan jarak lima jari – gerakkan ke kiri ke kanan. Biarkan hingga beberapa saat (tidak perlu sampai terbakar!)
- Bersihkan dengan sikat halus.
- Gosok lagi dengan minyak pusaka tipis saja seperti di atas.
- Taburi dengan bubuk kayu cendana dan taruh di atas lilin seperti tadi.
- Setelah itu bersihkan lagi dengan sikat halus – diamkan beberapa saat.
Olesi dengan minyak pusaka. Angin-anginkan dan jangan tergesa dimasukkan dalam warangka. Jangan menimpan keris di tempat yang tertutup rapat tanpa sirkulasi udara.

2. Membuat Minyak Pusaka
Cara membuat minyak pusaka adalah :
- Minyak paraffin 60 cc
- Bibit cendana (sandalwood) 25 cc
- Bibit Melati Keraton 5 cc
- Bibit Kenanga 10 cc
Bisa juga ditambah atau diganti dengan bibit minyak lainnya (gaharu, dsb) sesuai selera karena bersifat sangat subjektif dan terkadang aroma / bau keris juga menunjukkan identitas pemiliknya. Sangat dilarang mencampurkan bahan parfum atau jenis yang beralkohol – pasti keris menjadi merah berkarat.
Untuk Jamasan Pusaka dalam setahun hanya ada 2 bulan yang bagus untuk acara jamasan yaitu Bulan Sura/Suro/Muharram dan Bulan Mulud

Sebaiknya Warangan dilakukan setelah penjamasan akan tetapi jika menggunakan warangan hendaknya hati2 sekali jangan kena selaput lendir atau tertelan. warangan merupakan sejenis racun arsenik dan digunakan untuk melindungi keris dari karat,lebih baik tdk usah memakai warangan, karena bahan itu zaman dulu digunakan untuk berperang.

Bagi anda yang punya pusaka berupa keris/tombak/panah/badik/samurai/cundrik/dsb. Bila kesulitan dan membutuhkan jasa menjamas dan merawat pusaka bisa menghubungi saya via email, alamat dan denah bila ingin silaturahmi akan saya beritahukan.

sumber: kapanlagi/respati.at.ua/kaskus.us/indo ghaib/shaktibhakti/indoshakti

Ritual Nayuh Keris Pusaka

Ritual Ilmu Nayuh Keris dan Jamas Pusaka
Ilmu Nayuh Keris adalah sejenis ilmu tradisional yang digunakan untuk menentukan apakah sebilah keris akan cocok dipakai atau dimiliki oleh seseorang, atau tidak. Ilmu ini terutama bermanfaat untuk meningkatkan kepekaan seseorang agar dia dapat menangkap kesan karakter sebilah keris dan menyesuaikan dengan kesan karakter dari calon pemiliknya. Contohnya, keris yang menampilkan karakter keras, galak, tidak baik dipakai oleh seorang yang sifatnya keras dan kasar. Untuk orang semacam itu sebaiknya dipilihkan keris yang karakternya lembut, dingin.


Cara Me-nayuh
Ada berbagai cara untuk me-nayuh sebilah keris atau tombak. Di Pulau Jawa dan dibeberapa daerah lainnya, yang terbanyak adalah dengan cara meletakkan keris atau tombak itu di bawah bantal, atau langsung dibawah tengkuk, sebelum tidur. Agar aman, keris atau tombak itu lebih dahulu diikat dengan sehelai kain dengan sarungnya. Dengan cara ini si Pemilik atau orang yang me-nayuh itu berharap dapat bertemu dengan 'isi' keris dalam mimpinya. Namun cara ini tidak senantiasa berhasil. Kadang-kadang mimpi yang dinantikan tidak muncul, atau seandainya mimpi, sesudah bangun lupa akan isi mimpinya.

Jika malam pertama tidak berhasil biasanya akan diulangi pada malam berikutnya, dan seterusnya sampai mimpi yang diharapkan itu datang. Keris atau tombak itu dianggap cocok atau jodoh, bilamana pada saat ditayuh orang bermimpi bertemu dengan seorang bayi, anak, gadis, atau wanita, pemuda atau orang tua, yang menyatakan ingin ikut, ingin diangkat anak, atau ingin diperistri.

Bisa jadi, yang ditemui dalam mimpi termasuk juga makhluk yang menakutkan. Mimpi yang serupa itu ditafsirkan sebagai isyarat dari 'isi' keris yang cocok atau tidak cocok untuk dimiliki.

Bagi orang awan, cara me-nayuh lewat mimpi inilah yang sering dilakukan, juga sampai sekarang. Selain cara itu masih banyak lagi cara lainnya. Untuk dapat me-nayuh keris atau tosan aji lainnya, tidak harus lebih dulu menjadi seorang ahli. Orang awan pun bisa, asalkan tahu caranya.

Dalam masyarakat perkerisan juga dikenal apa yang disebut keris tayuhan, yaitu keris yang dalam pembuatannya lebih mementingkan soal tuah daripada keindahan garap, pemilihan bahan besi, dan pembuatan pamornya. Keris semacam itu biasanya mempunyai kesan wingit, angker, memancarkan perbawa, dan ada kalanya menakutkan.

Walaupun segi keindahan tidak dinomorsatukan, namun keris itu tetap indah karena pembuatnya adalah seorang empu. Padahal seorang empu, tentulah orang yang mempunyai kepekaan keindahan yang tinggi. Patut diketahui, keris-keris pusaka milik keraton, baik di Yogyakarta maupun di Surakarta, pada umumnya adalah jenis keris tayuhan. Dapur keris tayuhan, biasanya juga sederhana, biasanya juga sederhana, misalnya, Tilam Upih, Jalak Dinding, dan Mahesa Lajer.

Bukan jenis dapur keris yang mewah semacam Nagasasra, Naga Salira, Naga Kikik, atau Singa Barong. Selain itu, keris tayuhan umumnya berpamor tiban. Bukan pamor rekan. Di kalangan peminat dan pecinta keris, keris tayuhan bukan keris yang mudah diperlihatkan pada orang lain, apalagi dengan tujuan untuk dipamerkan. Keris tayuhan biasanya disimpan dalam kamar pribadi dan hanya dibawa keluar kamar jika akan dibersihkan atau diwarangi

Pusaka Isi atau tuah yang berada dalam benda pusaka akan muncul dengan warna aura atau cahaya menyelubungi sekitar benda. Warna-warna muncul biasanya adalah merah (jelek), hijau (baik), putih (baik dan jelek), dan kuning (baik). Jika menampilkan warna aura yang menyolok mata, maka kemungkinan benda tersebut mempunyai penunggu yang mempunyai kekuatan jahat.

Untuk menjinakkan kekuatan jahat yang berada dalam benda pusaka dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

Benda digantung di tembok atau sejenisnya, kemudian dalam keadaan memandang benda pusaka tersebut dari jarak yang tidak terlalu jauh. Cahaya yang akan muncul dari benda pusaka bila merah maka benda tersebut mempunyai sifat yang kasar. Dengan mangadu kekuatan pandangan dengan kekuatan yang ada dalam benda tersebut maka akan memudarkan kekuatan jahat yang berada dalam benda tersebut. Mengadu pandangan dilakukan pada sesaat setelah tengah malam. Cara ini disebut nayuh kekuatan yang berada dalam benda.

Memberikan kayu atau jenis benda bertuah alam yang mempunyai sifat redam. Baiknya kayu atau benda serupa merupakan benda yang benar-benar alami dan belum pernah diisi. Kayu atau benda lain yang mempunyai fungsi dapat meredam kekuatan jahat (panas) dibuat sebagai tempat atau dijadikan bagian dari benda bertuah.

Meredam dalam air sirih, temulawak, dan beberapa kunyit putih setiap tengah malam dan hal ini jika dilakukan tanpa pengawas ahli spiritual, maka bisa terjadi kekuatan jahat dalam benda pusaka akan masuk kedalam orang yang melakukan atau orang terdekatnya.

Mengeluarkan isi yang ada dalam benda pusaka. Setelah isi yang berada dalam benda pusaka dipindah, maka dilakukan pengujian. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh spiritual yang telah mumpuni dan berpengalaman.

Pada benda pusaka dililitkan kawat emas 22-24 karat. Jika memungkinkan maka benda bertuah tersebut diberi hiasan emas. Sebesar apapun emas yang menempel pada benda bertuah akan meredam kekuatan jahat yang ada di dalam benda. Sebelum melakukan hal ini maka hendaknya membersihkan diri dengan berpuasa terlebih dahulu.

Diikat dengan benang putih (lawe atau tali dari kain putih) dengan posisi menyilang. Mengikat benda dengan kuat dan pada pesilangan ikatan ditetesi dengan minyak wangi. Benda kemudian diletakkan ditanah selama 3 hari 3 malam. Setelah itu kemudian ikatan dilepaskan dan benda disimpan dengan kain pembungkus tadi.

Meredan benda dalam air leri (cucian beras) yang telah diberikan tumbukan bengle. Bengle diyakini dapat menghilangkan sawan yang berada dalam benda . (Sawan : kekuatan hitam yang jahat).

Jika aura putih yang muncul dari kekuatan benda bertuah, belum berarti benda itu baik. Tetapi ada kalanya aura tersebut adalah pemunculan penunggu yang berada dalam benda berupa pocong atau sejenisnya. Maka banda tersebut tentunya mempunyai sifat yang jelek. Untuk dapat menghilangkan sifat dari isi benda yang jelek maka untuk meredam kekuatannya dapat dilakukan dg cara seperti di atas. Untuk mempraktekkan hal-hal di atas,waktu melakukannya setelah jam melewati jam 12 malam dan sebelum jam 3pagi.

Berikut ini Doa Nayuh Pusaka ijazah dari Raden Tjakra Djajaningrat, puja mantra nayuh ini bagi penggemar / pengoleksi pusaka leluhur hendaknya jika mau mengamalkan mintalah ijazah beliau:
"Hong ilaheng prayoga naniro, Pusaka tuah pamor sepuh kang kinaryane empu, Dayane katiyasan khodam kang manjing siro metuwo, lah ya iki aku satria sejati arep weruh ing siro".

sumber: kapanlagi/respati.at.ua/kaskus.us/indo ghaib/shaktibhakti/indoshakti

Pusaka Leluhur

Kita kembali pada penghormatan leluhur dan elmu leluhur karena leluhur kita itu toto, titi, gemi, nastiti, ati-ati. Kita harus menghormati leluhur walaupun berbeda agama dan tidak benar kalau leluhur kita menganut Animisme. Saat ini kita harus kembali kepada Pusaka Leluhur dimana pusaka leluhur ada 2 macam :
1. Wujud : Tosan aji.
2. Tidak Wujud : Ajaran.

Meremehkan pusaka berarti meremehkan leluhur kita karena pusaka dibuat oleh beliau-beliau. Pusaka membuka rahasia-rahasia alam. Keris jumlahnya banyak sekali karena sesuai dengan rahasia alam dengan frekwensi-frekwensinya. Leluhur membuat keris dengan frekwensi-frekwensi umum sesuai dengan yang dibutuh-kan untuk menaikkan derajadnya. Kitab-kitab suci harus dijabarkan untuk mendapatkan apa yang tersirat demikian juga pusaka harus dijabarkan.

Zat-zat di dalam tubuh yang dapat diolah oleh pusaka :
- Astral Magnetisme.
- Kriya Sakti.
- Kundalini.
- Rahsa.
- Roh.
- Bayu.


Ketinggian bangunan bisa mempengaruhi seseorang untuk dapat terolah.

Antara manusia dengan keris terjadi hubungan tarik-menarik :
- Mula-mula tingkat daya pada manusia ada di bawah daya keris.
- Daya pada manusia ditarik / diangkat oleh daya keris.

Manusia dalam keadaan diolah oleh keris.
- Daya pada manusia setingkat dengan daya keris.

Manusia sudah menyatu dengan keris.
- Daya pada manusia berkembang ke tingkat yang lebih tinggi dari
daya keris.
- Daya pada keris ditarik / diangkat naik bersama-sama dengan daya
pada manusia ke udara.

Daya keris diudarakan oleh manusia.
Sebaiknya supaya tidak mempunyai ambisi di dalam memiliki pusaka.Pusaka (dan juga batu) dayanya cocok-cocokan dengan seseorang. Hal semacam ini termasuk dalam Cakra Manggilingan. Kalau dulu pusaka itu miliknya / buatan leluhurnya / milik leluhurnya
maka sekarang akan menjadi miliknya lagi. Orang lain mencari (ingin mendapatkan) pusaka itu tidak mendapatkan,tetapi orang ini tidak mencari malah mendapatkan pusaka itu.Jika ada pusaka di dalam keluarga maka harus dikuasai benar dan
dipesankan kepada keturunan bahwa nantinya akan mengalami hal-hal yang tidak wajar supaya keturunan nantinya tidak menjadi bingung dan tidak tahu harus bertanya kemana.

Jika seorang diberi pusaka pertama kali biasanya pusaka akan diganti-ganti,sampai pada suatu saat pusaka yang diberikan adalah pusaka tetap artinya dia sudah kuat oleh daya pusaka tersebut yang isinya semua daya-daya dari pusaka-pusaka sebelumnya ada pada pusaka yang ampuh tersebut.

Pusaka yang sudah menyatu atau manunggal dengan badan halus manusia,maka pusaka itu apabila hilang akan dapat kembali lagi bersamaan dengan pijaran sinar di dekat jantung. Dan jika orang tersebut meninggal dunia maka bersamaan dengan itu ujung pusaka tersebut lepas menembus rangkanya. Orang yang sudah manunggal dengan pusaka biasanya hanya mempunyai satu pusaka itu saja.

Jika suatu pusaka sudah menyatu dengan sesorang maka daya pusaka itu sudah ada di badan orang tersebut (sudah terolah sehingga mempunyai daya pusaka tersebut), tanpa adanya pusaka tersebut maka badan orang tersebut bisa memancarkan daya seperti daya pusaka tersebut.

Di dalam menghunus pusaka hendaknya harus terhunus seluruhnya, jika seandainya terbuka hanya setengah lalu dimasukkan kembali maka apabila kita membatin / berjanji akan tertulis seperti apa yang telah ditetapkan.

Bila sedang menghunus pusaka dan gerak dari pusaka tersebut mengarah kebawah itu tandanya adalah putusan sesuai dengan apa yang dimohon.

Memandikan Pusaka :
Dengan campuran : air nanas (2) dan air kelapa (1). Setelah karat
bersih lalu dibersihkan dengan air kemudian diangin-anginkan
(dikeringkan tanpa dilap dan jangan terkena sinar matahari langsung),terakhir setelah kering diberi minyak wangi melati atau apa saja(mawar, cempaka, dll).
Waktu yang baik untu pembersihan pusaka: Boleh pada bulan Suro atau bulan Maulud, didalam bulan Suro sebaiknya setelah hari ke sepuluh karena dari tanggal 1 sampai tanggal 10 Suro, pusaka Keraton Yogya dan Solo sedang dimandikan dan dikhawatirkan terjadi benturan daya.

Pengolahan pusaka : 1 set.
* Bagian kiri (cakra X) :
- Getaran masuk dari sebelah kiri badan.
- Menerima kuliah.
- Ilmunya Syeh Maulana Magribhi.
* Bagian kanan (cakra XI) :
- Getaran masuk dari sebelah kanan badan.
- Wisuda tapi belum skop luas.
- Ilmunya Syeh Abdul Kadir Jaelani.
* Bagian tengah (cakra VII) :
- Getaran masuk dari bagian tengah badan.
- Sudah bisa mengobati dan mendayagunakan daya dari alam/jagad.
- Ilmunya Syeh Jumadil Qubro. Jumadil Qubro = Jumbuh Karo
Adiling Jagad = Ketemu dengan adilnya jagad. Qubro = Jagad.

Arti dari pada angka (daya yang berlaku dan luk pada pusaka) :
1 = Manusia.
2 = Manunggaling Kawulo Gusti.
3 = Allah, Muhammad, Rasullullah = Bapa, Putera, Roh Kudus.
= Sang Hyang Nur Cahyo, Pikulun Podo Wenang, Ismoyo
(Jinangkungan).
4 = Nafsu-nafsu manusia.
5 = Utusan (Honocoroko).
6 = Nentoake (Menentukan / Menetapkan).
7 = Pitulungan (Pertolongan).
8 = Turunnya Mahkuto Romo.
9 = Wali Songo (Ilmu Tuhan).
0 = Makrifatullah.
10 = Manusia yang mendekatkan diri ke Tuhan (Tuhan Sendiri).
11 = Manusia dengan Tuhannya (Dhat / Atom Allah).
12 = Apostle (Pengikut / Murid Kristus).

Contoh :
Luk 25 artinya : 2 = Manunggaling Kawulo Gusti, 5 = Utusan.
Jadi luk 25 artinya manunggaling kawulo gusti, dhat diolah agar
menjadi utusan


Arti angka pada badan manusia (bagian yang mengalami pengolahan) :
1 = Daerah Sex.?
2 = Pusar.?
3 = Solar Plexus.?
4 = Ulu Hati.?
5 = Bahu Kiri Kanan.?
6 = Punuk.?
7 = Leher.?
8 = Kepala.
9 = Jantung.

Contoh :
Wahyu Makuto Romo kodenya angka 8, 8 = angka kepala.
Jadi untuk mendapatkan Wahyu Makuto Romo maka bagian badan yang
terolah adalah kepala.

Luk 25 artinya : 2 : Manunggaling Kawulo Gusti.
5 : Utusan.
Jadi luk 25 artinya manunggaling kawulo gusti, dhat diolah agar menjadi utusan, dayanya : jika kita semedi maka para malaikat akan turun dan beliaupun akan turun.

Luk 17 artinya : 1 : Manusia.
7 : Langit-langit
Jadi luk 17 artinya kontak dengan para leluhur dari lapisan-lapisan langit.

Luk 12 artinya mengolah manusia dari sifat 12 apostle untuk menjadi pengikut Kristus yang sejati (Podo Wenang), berjalan di jalan yang lurus (12 sifat manusia yang seperti 12 apostle akan diluruskan)

Luk 5 mengolah manusia menjadi utusan yaitu menjadi manusia yang relnya lurus di jalan Allah (moral, mental, watak, sifat, perilaku, spiritual dan pembawaan yang terpuji).

Khodam adalah isi keris, bukan daya dari keris.
Tingkat dasar seseorang bisa mengetahui isi keris, syaratnya orang tersebut sudah terbuka Shadiqul Wa'dnya (Atom yang tak pernah ingkar) sehingga bisa mendapatkan keterangan yang sejelas-jelasnya.
Apabila orang-orang banyak mengetahui daya dari pusaka-pusaka maka dikhawatirkan akan mengakibatkan pencurian pusaka-pusaka.

Pusaka-pusaka ada yang mempunyai hubungan gaib dengan suatu wilayah tertentu, misalnya : Pusaka A hubungan gaibnya dengan gaib dari Srandil.

Jika 2 pusaka dikatakan bertemu (pertemuan pusaka) maka itu bisa berarti pertemuan :
1. Antar isi pusaka (daya pusaka).
2. Antar gaib-gaib yang ada hubungannya dengan pusaka-pusaka tersebut.

Pusaka dan sesaji merupakan sarana untuk berdialog dengan Tuhan dan berhubungan dengan leluhur.

Manusia harus memakai sarana (kecuali dalam keadaan terpaksa / darurat) untuk menjaga jangan sampai manusia merasa seperti Tuhan (manusia itu kuasa tetapi tidak maha kuasa).
Tanpa sarana pasti kodenya salib, orang digerakkan dalam cross position.

Jangan sengaja mendatangkan leluhur (ilmu menghadirkan itu dilarang agama) karena bisa ada jin / roh halus yang mengaku leluhur kita. Leluhur hadir tanpa kita menghadirkan dengan sengaja adalah hak Tuhan. Leluhur yang sudah di sisi Allah dikirim oleh Tuhan sebagai malaikat untuk kita (dari leluhur kita sendiri).

Mengetahui daya pusaka jika kita sedang kontak :
1. Tulang iga sebelah kiri kita hidup artinya kita kontak dengan Beliau perempuan.
2. Tulang iga sebelah kanan kita hidup artinya kita kontak dengan Beliau laki-laki.

Kode-kode penglihatan :
- Segitiga : Bagian jantung diolah secara spritual.
- Roda : Cokro Manggilingan (perjalanan hidup manusia).
- Bintang Lima : Petunjuk Tuhan (Surat An Najm).

Ada pusaka yang scopenya Jagad karena pusaka tersebut mengolah Atman. Pusaka itu mengolah manusia menjadi manusia An Naas sehingga manusia itu bisa memancarkan Atman yang bisa menembus apapun sehingga bisa mempengaruhi jagad. Daya dengan skope jagad keluar dari Cakra 7 (Cakra Mahkota). Daya dengan skope semesta keluar dari Cakra 10 dan 11 (Cakra-cakra Bahu Kiri dan Kanan).

Keris Majapahit umumnya tarikan vertikalnya tinggi. Ada pamor Ratuning Keris dan Pendetaning Keris, kedudukannya lebih tinggi Pendetaning Keris dari pada Ratuning Keris.

Pusaka dapat menunjuk surat dari al Qur'an atau al kitab dengan makna dan bimbingan dimaksud untuk manusia. Apabila pusaka di dalam dayanya menunjuk surat As Shaad, maka pengolahannya ada pada jantung dan sudah pasti levelnya tinggi. Karena dijantung terletak AKU sebagai zat Tuhan.

Pusaka putih :
- Pusaka putih licin disebut Panditone Pusaka.
- Pusaka putih kasar.

Pusaka tanpa pamor :
- Pusaka yang besinya hitam tidak ada pamornya dayanya adalah kuasa / kekuasaan.
- Pusaka yang besinya putih tidak ada pamornya dayanya adalah sifat putih.

Pusaka dengan besi kemerah-merahan / merah bata (Tosan Malik / Besi Melik) biasanya untuk santet dan untuk pertempuran. Sarananya dengan menggunakan serbuk besi. Pusaka ini bagus untuk bentengan, bisa
Tumpes Sak Turunan (Tumpas Satu Turunan). Pusaka ini berdaya Olo Biso Becik Biso (Jahat bisa baik bisa) tanpa perlu sambatan, tanpa pamor juga berdaya bagus. Pusaka Wrani : Keris yang terdiri dari campuran besi dengan lumpur yang bisa berakibat kulit gatal-gatal, dapat membuat kulit dan daging dapat busuk, jika kena anginnya saja dapat berakibat kulit dan daging buduk.

Pusaka dari bahan Meteor tarikan vertikalnya tinggi, dayanya Hangliputing Jagad (meliputi dunia).

Pusaka pamor Tiban sifat vertikalnya tinggi sekali yaitu sifat Wahyu.

Pusaka-pusaka yang bisa menghidupkan / menggerakkan / mengudarakan pusaka-pusaka lainnya :
- Keris Oumyang Majapahit.
- Keris Sangkelat.
- Keris Nogo Balik.

Pusaka pamor inti biasanya dayanya khusus (1 daya), tetapi ada juga pusaka dengan pamor inti yang isinya 4 daya.
Pusaka dengan pamor inti ini harus diukup tiap-tiap Jumat Legi / Kliwon supaya jika kita sedang dalam bahaya maka isi dari pusaka tersebut (keluar seperti orang / manusia) akan masuk ke dalam badan kita untuk membentengi kita dari bahaya (misalnya jika kita mau diracun orang).Contoh pamor inti : pamor Gambar Sunyo.

Pusaka-pusaka yang sifatnya menetralisir dan bentengan harus sering- sering diberi minyak wangi (melati dll) untuk membersihkan dari daya- daya yang disedotnya.

Sebelum 4 Mpu dari Jawa Barat datang ke Jawa Timur, di Jawa Timur ada Mpu Pitrang dan Mpu Gandring.
Selain dibuat ke 2 Mpu tadi keris-keris Majapahit dibuat oleh resi-resi dimana keris buatan mereka pamornya tidak jelas.

Empu Keleng didalam membuat pusaka mempunyai ciri khas pada pamor dengan gambar binatang.

Ornamen pada keris :
- Harimau : lambang kekuasaan.
- Harimau duduk : menjaga.
- Harimau berdiri : kuasa tetapi pasrah pada Allah.
- Burung Hong (Phoenix) : lambang rejeki.
- Padi : lambang kelurusan dan rejeki.
- Naga horizontal : daya pusaka masuk ke dalam tubuh manusia.
- Gajah adalah lambang jalan lurus (gajah jika berjalan selalu lurus ke depan, tidak berbelok).
- Kuda laut adalah lambang menegakkan kelurusan (kuda laut selalu berenang tegak, tidak rebah seperti ikan)
- Kalajengking / Scorpio adalah lambang bila ilmunya lurus maka akan selamat tetapi bila tidak lurus maka akan buruk akibatnya
(jika kalajengking ekornya lurus tidak berbahaya, tetapi jika ekornya melengkung / tidak lurus maka bisa menyengat / terkena racun).

Empu Ki Kuwung didalam membuat pusaka mempunyai ciri khas memasukkan sabda Beliau : Sopo Sing Kanggonan, Sesok Uripe Kan Raharjo (Siapa ketempatan pusaka ini (pusaka Ki Kuwung) hidupnya akan sejahtera).

Cirinya : Kerisnya agak lebar dan di pejetannya ada ciri khasnya.

Orang yang masih senang dengan sifat duniawi disebut "Gandrung", tetapi orang yang mempunyai sifat vertikal (keTuhanan) yang sangat tinggi disebut "Gandring". Oleh karena itu pusaka Mpu Gandring sangat ampuh.

Kayu Tumongo (Timoho) yang rupanya asli belang-belang dipakai untuk warangka dan pegangan keris yang tua, sifat vertikal tinggi.

Pusaka Kerajaan Kahuripan (Jawa Timur).

Pusaka kerajaan Kahuripan (Jawa Timur) ada 2 :
1. Pusaka Erlangga (Pusaka I / Pusaka pegangan raja / pusaka raja pribadi)
2. Pusaka Dewi Sekar Taji (Pusaka II / Pusaka kerajaan).

Pusaka Erlangga.
Adalah Pusaka pegangan raja / pusaka raja pribadi.

Pusaka Dewi Sekar Taji.
Pusaka Dewi Sekar Taji luk 10 adalah pegangan wanita.
Sekar = Bunga. Ta = Tesing Gusti = Atom Allah.Ji = Aji.

Pusaka Kerajaan Pajajaran (Jawa Barat).

Pusaka kerajaan Pajajaran (Jawa Barat) ada 2 :
1. Pusaka Singa Putih (Pusaka I / Pusaka pegangan raja / pusaka raja pribadi)
2. Pusaka Manglar Mongo (Pusaka II / Pusaka kerajaan)

Pusaka Singa Putih.
Adalah Pusaka pegangan raja / pusaka raja pribadi.

Pusaka Manglarmongo.
Punya pengaruh di jantung, orang yang memegang pusaka ini harus putih.
Manglar : Mengembang / meluaskan sayap.
Mongo : singkatan dari Mo – Go – Bo – To – Ngo, yaitu mematikan hawa nafsu / teguh dalam iman.
Manglar Mongo : Meluaskan sayap tetapi teguh dalam iman.
Gajah : Kelurusan.
Gajah Mongo : Lurus dalam iman (teguh).
Ada keris pamor Naga Manglar Mongo dan Ganesha Manglar Mongo.
Cakra mahkota (cakra VII) kalau disamakan dengan keris pamornya
Manglarmongo dengan gambaran burung garuda yang mengembangkan sayapnya dengan lebar.
Maksudnya adalah : Mongo = cakra VII, Manglar = menjangkau dengan
luas. Daya yang skopenya Jagad keluar dari Cakra Mahkota.
Contohnya : Daya yang diolah oleh pusaka Manglar Mongo.
Daya yang skopenya Semesta tapi belum jagad keluar dari Cakra-Cakra
Bahu (Cakra 10 dan 11).
Contohnya : Daya yang diolah oleh pusaka Wahyu / Wali Songo untuk menggerakkan Gaib-gaib kenegaraan se Indonesia.

Pusaka Kerajaan Majapahit (Jawa Timur).
Pusaka kerajaan Majapahit (Jawa Timur) ada 2 :
1. Pusaka Sangkelat (Pusaka I / Pusaka pegangan raja / pusaka raja
pribadi).
2. Pusaka Condong Campur (Pusaka II / Pusaka kerajaan).

Pusaka Sangkelat.
Sangkelat : Sang Komo Lati = Hayat hidup diucapkan jadi.
Sang = Sifat tinggi.
Komo = Hayat hidup.
Lati = Ucapan.
Sifatnya tidak ingin diungguli / diserang oleh pusaka-pusaka lainnya
(kedudukan-nya sangat tinggi : sifatnya diatas pamor pusaka lainnya.
(Zaman Majapahit) ).
Mpu Supo Sepuh adalah pembuat pusaka Sangkelat.
Pusaka Sangkelat adalah pusaka Raja Majapahit sejak Raja Raden Wijaya.
Dayanya semua daya dari pamor-pamor yang ada pada pusaka-pusaka baik pamor inti maupun pamor campur ada di pusaka Sangkelat (pusakanya / pegangan Raja).
Dalam riwayat pusaka Sangkelat pernah lepas dari rangkanya dan bertarung diudara dengan pusaka lainnya yang menyerang. Prabu Brawijaya tidak dapat menurunkan pusaka tersebut dari udara, maka dipanggillah Mpu Supo untuk menurunkan pusaka tersebut. Mpu Supo dengan menggunakan Pusaka Condong Campur akhirnya dapat menu-runkan pusaka-pusaka yang sedang bertarung tersebut ke bawah.

Pusaka Condong Campur.
Condong campur maksudnya campur dengan aspirasi rakyat.
Istilahnya seluruh daya dari pusaka-pusaka menjadi campur.
Sifatnya menetralisir pusaka-pusaka lain yang berlawanan sehingga tidak terjadi benturan-benturan / perang antar pusaka (Dibuat oleh Mpu Supo). Condong Campur adalah pusaka untuk kewibawaan dalam wilayah, berwibawa terhadap rakyat. Pusaka ini adalah pusaka zaman Majapahit yaitu pusaka kerajaan / negara.

Pada zaman Islam pusaka raja adalah pusaka Nogo Sosro Sabuk Inten.
Sifatnya membentuk kejiwaan raja dan kesaktian.
Dibuat oleh Mpu Supo Gati (adik dari Mpu Supo Sepuh).
Nogo Sosro = Sejuta Nur Gaib.
Dalam Agama Budha daya pusaka Nogo Sosro ini sama dengan Sejuta Budha.

Pusaka Pengayom / Pelindung Nuswantara Pada Zaman Majapahit.

Pusaka pengayom / pelindung Nuswantara pada zaman Majapahit :
1. Pusaka Oumyang Majapahit.
2. Pusaka Sabdo Palon (SP).
Pasangan / Gandengan pusaka Oumyang Majapahit adalah pusaka Sabdo
Palon (SP). Pusaka Oumyang Majapahit tanpa pusaka Sabdo Palon (SP) akan pincang.

Pusaka Oumyang Majapahit.
Oumyang = Yang Maha Tinggi.
= Yang Maha Kuasa : Kuasa atas segala kekuasaan dan kuasa
atas segala kekayaan. Enersi yang maha tinggi bersifat keTuhanan.
Menurut Buku Keris, Pamor Oumyang Majapahit adalah pamor Pakar (orang yang ahli / keahlian), diistilahkan : Sepiro musuhe kekes kabeh (Sebanyak / sesakti apapun musuhnya kalah / habis semua).

Daya pusaka Oumyang Majapahit (dari pamor Pakar) :

1. Kuat angkat junjung drjad. Kuat junjung drjad :
- Kuat junjung orang dari kegelapan.
- Kuat junjung derajad orang.
- Kuat menyembuhkan keadaan yang sakit (perlu pusaka skope jagad).
- Kuat angkat junjung berarti kuat angkat orang / bangsa dari kegelapan. Sebelum dijunjung, orang / bangsa harus diangkat dari kegelapan. Caranya dengan : Angleledo, Bejane sing dipunduti candrane kahening siro
sedoyo. --> Ciri Satrio Piningit.
Angleledo = menyamarkan / menggoda.
Dipunduti = sepertinya diminta untuk memenuhi suatu
persyaratan agar hidupnya terangkat.
Semua kegelapan manusia bersumber dari Amarah (tetapi Amarah ini banyak kawannya), jika kita bisa mengendalikan Amarah maka akan bisa mengawali dan bisa mengakhiri sehingga bisa menggarisbawahi cukup sampai disini (seperti Aku - kembali kepada Tuhan).

2. Sepiro musuhe kekes kabeh (Sebanyak/sesakti apapun musuhnya kalah/habis semua). Sesakti apapun musuhnya jika dihidupkan Akunya tidak akan berdaya.

3. Ojo pisan-pisan siro kumawani,sing wani yen ora loro yo edan (Jangan sekali-kali terlalu berani (anggap remeh), jika berani akan sakit atau gila.
Isinya : Wanita (wadah suci) Lambang Isi Oumyang Majapahit :
Semuanya ada disitu (Yang Maha Kuasa : Kuasa atas segala kekuasaan dan kuasa atas segala kekayaan).

Karena semuanya ada disitu maka Tuhan-Tuhan Kecil akan pergi, roh-roh halus sesakti apapun tidak berani (seperti Lengkung Kusumo). Tuhan kecil --> membuat nafsu menjadi dayanya --> daya mistik.

Surat yang ditunjuk :
1. Surat Adz Dzaariyaat (Angin yang mencerai-beraikan). --> Alif.
2. Surat Al Ghaasyiyah (Hari selubung malapetaka). --> Lam.
3. Surat An Fushshilat (Yang dijelaskan). --> Mim.
Ujian dari pusaka Oumyang Majapahit adalah membawakan sifat cinta
kasih (sifat pemurah, pengasih dan penyayang).

Pengaruh Oumyang Majapahit :
- Dilayani / diladeni orang-orang.
- Jika orang sedang bertapa didatangi pusaka ini maka dia harus menghentikan tapanya (harus selesai).

Daya pada orang yang menyatu dengan Oumyang Majapahit :
1. Tidak ada yang tersembunyi.
2. Kata dari sana diucapkan maka akan seperti sajadah terbentang (diberi selubung yang hanya orang itu yang bisa melepaskannya) jika orangnya sudah keterlaluan. Oumyang Majapahit warangkanya harus diberi selongsong emas (lambang kemuliaan).

Pusaka Oumyang Majapahit sifat dayanya adalah kuasa ilmu dan orang diajak untuk marifat. Oumyang Majapahit adalah sumber elmu.
Sifat dayanya adalah kuasa ilmu dan mengajak orang untuk marifat. Dan siapa yang berani menghunus pusaka ini maka harus berani untuk diajak marifatullah dengan ilmu-ilmu gaib.
Bila seseorang yang masih menggunakan nafsunya maka dia tidak akan kuat atau tidak tahan jika dia datang ke Tebet karena mau tidak mau dia akan terolah dengan Pusaka Oumyang Majapahit.
Selama orang masih menganut ilmu yang sifatnya kesaktian atau yang sifatnya mistik maka bila orang itu ke Tebet akan berakibat ilmu tersebut akan Badar (hapus).
Bagi yang datang ke Tebet sadar atau tidak sadar akan ditempelkan Condronya Beliau melalui Pusaka Oumyang Majapahitnya, oleh karena itu jika kita dipernahake (dinasehati) oleh Bapak maka kita harus menurut dan mengerjakan apa yang diminta.
Didalam pengolahan terhadap Pusaka Oumyang Majapahit maka akan terdapat istilah : Yen Lakumu Lan Sowanmu Ketompo, Sak Penjaluke Ing Roso Katekan, maksudnya adalah asalkan laku / amalanmu dan kedatanganmu diterima maka bila melaksanakan suatu permohonan dengan membatin di dalam hati, maka permohonannya akan sampai.
Rahasia dari Pusaka Oumyang Majapahit adalah dapat menghidupkan / mengudarakan pusaka-pusaka yang lainnya.
Pusaka Oumyang Majapahit mengolah manusia untuk ditingkatkan spiritualnya tingkat demi tingkat dilewatkan Jembatan Shiraathal Mustaqiim sampai Alam Lahut yang menghasilkan daya Sastro Jendro Hayu Ningrat Pangruwating Diyu artinya manusianya bisa mempunyai daya Ngudari Benang Ruwet (menguraikan masalah).
Oumyang Majapahit itu pengolahannya pada Aku (Gaib Tuhan sendiri) yaitu Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan, Yang Awal dan Yang Akhir (Dalam Al Kitab : Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan dan Aku akan datang sebagai Manusia untuk menghakimi).
Juga mengolah manusia untuk dapat mempunyai daya Kun Fa Yakuun.
Karena pengolahannya pada Aku maka jika Oumyang Majapahit dihunus akan berdaya untuk menghidupkan dan mematikan sesuatu, mengawali dan mengakhiri sesuatu sehingga tidak boleh dihunus secara sembarangan
(diistilahkan : Kudu Ono Gawe / Kudu Entuk Gawe = Harus ada yang dikerjakan).

Jadi bila terpaksa dihunus harus ditentukan tujuannya :
- Yen arep nguripke, nguripke opo / sopo.
- Yen arep mateni, mateni opo / sopo.
- Yen arep ngawali, ngawali opo.
- Yen arep ngakhiri, ngakhiri opo.
(Jika ingin menghidupkan, menghidupkan apa / siapa)
(Jika ingin mematikan, mematikan apa / siapa)
(Jika ingin mengawali, mengawali apa)
(Jika ingin mengakhiri, mengakhiri apa)
Daya Oumyang Majapahit adalah daya Surat Adz Dzaariyaat : Kuasa Mukjizat.
Pengolahan Oumyang Majapahit untuk mendapatkan Enersi Yang Maha Tinggi sehingga bisa melepaskan manusia dari lepetan-lepetan / dosa dalam waktu singkat.
Pusaka Oumyang Majapahit mengolah Enersi Yang Maha Tinggi pada diri manusia sehingga:
- Bisa mengetahui daya-daya yang akan turun dari langit.
- Mempunyai firasat yang tinggi.
- Manusia yang memegang pusaka tersebut dapat terkabul permohonannya (Sak Penjaluke Ing Roso Katekan).

Pusaka Oumyang Majapahit mengolah pada :
1. Mematikan nafsu darah (Wahyu Sastro Jendro Hayu Ningrat Pangruwating Diyu).
Gunanya untuk mengangkat / melepaskan dosa-dosa kita / orang lain akibat perbuatan hidupnya / dosanya sendiri.
Untuk memberikan terang kepada orang yang terkena elmu tidak bisa dengan daya ini.
2. Mendayagunakan Atom dari Energi Yang Maha Gaib.
Dayanya mengangkat / melepaskan / memberikan terang kepada kita/orang lain dari elmunya sendiri maupun diserang orang lain.
Bila sudah berhasil mendayagunakan Atom dari Energi Yang Maha Gaib maka dapat disebut Marifat dari Marifatullah.

Oumyang Majapahit mengolah seseorang untuk menjadi marifat, mengolah cakra 13 dan orang diajak supaya bisa mencapai nol / kosong baik itu materi, fisik maupun rohani lalu dilewatkan
Jembatan Shiraathal Mustaqiim.
Bila lulus diolah pusaka ini maka mengenai rezeki dan lainnya akan bagaikan air mengalir di sungai Kautsar asal hidupnya harus lurus bagaikan relnya Al Qur'an. Oumyang Majapahit adalah kuasa ilmu-ilmu gaib, bisa mengudarakan pusaka-pusaka lain.

Riwayat dari pusaka Oumyang Majapahit :

Dibuat oleh seorang Empu yang mana setelah pusaka itu jadi, Empu tersebut takut bilamana pusaka ini jatuh atau ketempatan pada orang yang salah. Lalu oleh Empu tersebut pusaka ini dibuang ke laut dengan harapan suatu saat akan ada orang yang benar-benar cocok dan sanggup akan ketempatan pusaka ini.
Pada suatu ketika ada seseorang nelayan melihat seorang putri berteriak minta tolong di laut, lantas oleh nelayan tersebut putri itu ditolongnya. Namun begitu dipegang oleh nelayan, putri terbut berubah menjadi sebuah keris.
Pusaka ini konon oleh Paku Buwono X dicari–cari dengan mengadakan sayembara karena Beliau mengetahui mengenai kedahsyatan dan kehebatan dari pusaka ini. Dalam sayembara itu dikatakan bahwa tidak hanya pusaka tersebut yang akan dirawat oleh Beliau tetapi juga orang yang menemukannya / menyimpannya akan diboyong ke keraton untuk dijadikan abdi dalem keraton karena Beliau sendiri merasa tidak kuat untuk ketempatan pusaka tersebut akibat gawatnya daya dari pusaka tersebut.
Tetapi nelayan yang mendapatkannya tidak datang bahkan dicari ke desanya tidak ketemu, menghilang bersama pusaka tersebut.
Pusaka ini didapatkan oleh Bapak Parwoto ketika bersama-sama tentara Indonesia di jaman Jepang memasuki kantor tentara Jepang yang sudah ditinggalkan. Saat itu sebagaimana lazimnya masa peperangan semua besi-besi yang ada dirampas oleh tentara pendudukan dan dikumpulkan untuk keperluan perang dalam hal ini termasuk juga pusaka-pusaka. Di dalam kantor tentara Jepang itu ada banyak pusaka hasil rampasan tentara Jepang (salah satunya adalah Oumyang Majapahit) yang kemudian dibagi-bagi di antara tentara Indonesia. Bapak Parwoto mendapatkan pusaka Oumyang Majapahit tanpa mengetahui pusaka apa itu sebenarnya (tidak memilih secara sengaja). Pusaka Oumyang Majapahit ini baru dikenali ketika akan diberi warangka, dibawa ke toko pembuat warangka dan dikenali oleh pemilik toko tersebut.

Pusaka Sabdo Palon (SP).
Sabdo = Sabda, ucapan.
Palon = Panutaning Ngaurip = Tuntunan Hidup.
Sabdo Palon = Sabdo Panutaning Ngaurip.
Noyo = Wajah.
Genggong = Langgeng.
Noyo Genggong = Langgeng Sifate.
Sabdo Palon Noyo Genggong = Sabdo Panutaning Ngaurip Langgeng Sifate. = Tuntunan Hidup Yang Bersifat Langgeng.
Yang dimaksud dengan Sabdo Palon Noyo Genggong adalah Ajaran-Ajaran Yang Tersirat Dalam Kitab Suci (Al Qur'an, Al Kitab dll).
Dahulu Ajaran ini dikumpulkan berupa sebuah buku yang ditulis oleh Beliau Wali X.Yang datang bersamaan dengan datangnya pusaka SP : Anak- Anak Kecil Bersayap.
Menurut buku keris, pamor pusaka SP adalah Pamor Ikar yang dayanya :
1. Wong Siji Biso Katon Sepuluh (Orang 1 bisa terlihat ada 10).
2. Biso Neka-ake Angin Prahoro (Bisa mendatangkan angin prahara).
3. Biso Anjagani Negoro (Bisa menjaga negara).
4. Sosok Kendit Mimang : Wong Sing Nduwe Karep Olo Bakal Bingung
(Bagaikan Kendit Mimang / Akar Mimang) : Orang yang berniat jahat akan bingung sendi-ri).
Pusaka SP mengolah pada Cahaya Cinta Kasih, syaratnya orang harus mati nafsu da-gingnya (Kristus menebus dosa manusia dengan darahnya).
Lambang Isinya : Dia datang tanpa diduga, dia pergi tanpa diketahui (Aku datang bagaikan pencuri dalam kelengahanmu).
Surat yang ditunjuk :
1. Surat Al Qiyamah (Kebangkitan). --> Alif.
2. Surat Al Furqan (Pembeda). --> Lam.
3. Surat Al Fajr (Terbit Fajar). --> Mim.
Menurut buku keris, bila SP dihunus : Bakal Nekano Angin Prohoro,
Wong-wong Sing Nang Duwur Sing Ora Bener Bakal Tibo (Akan mendatangkan Angin Prahara (Adz Dzaariyaat), orang-orang yang di atas (para pemimpin) yang tidak benar akan berjatuhan).

Daya pusaka ini :
1. Bisa memisahkan yang bathil dan yang benar.
2. Bisa melepaskan orang dan yang bersifat bathil dari kegelapan
supaya menda-pat terang.
3. Wus Biso Wulang Wuruk (Bisa mengajar / memberi keterangan tentang hal-hal yang Wingit (tentang gaib).
Pemegang pusaka SP mempunyai daya :
- Bagaikan Kendit Mimang (Akar Mimang) : Orang yang berniat jahat akan bingung sendiri (terkena daya Surat Al Furqon).
Akar Mimang adalah akar yang melingkar-lingkar, bisa untuk menangkal daya negatif.
- Daya Salib Penyembuhan (Karunia Rohul Kudus Kuasa Menyembuhkan).

Pusaka ini mendatangkan cobaan dan ujian hidup yang berat (Aku akan datang sebagai manusia. Jika Tuhan hidup mendekat kepada anda, maka bukan kebahagiaan dan kemuliaan yang datang tetapi justru cobaan dan ujian yang berat ).
Walaupun cobaan dan ujian dari pusaka SP berat tetapi pusaka ini mendatangkan Keadilan dan untuk menyelesaikan suatu persoalan (menggaris bawahi sampai disini saja).
Pusaka ini tidak mau diberi emas, cukup Kayu Tumongo / Timoho (Aku tidak butuh emas, kalau sampai pusaka ini minta diberi selongsong emas maka habislah orang-orang kaya yang mendapatkan kekayaannya dengan tidak sah).
Kalau pusaka ini dipaksa masuk ke selongsong emas maka pusaka ini akan keluar / naik dari warangkanya.
Umumnya Kayu Cendana, paling bagus di Kayu Gaharu tetapi berbahaya untuk orang lain, cukup pegangan dan pendoknya saja, dayanya bagus.

Riwayat dari pusaka Sabdo Palon :
Tahun 1960 ada orang tua datang ke Pak Atmo menitipkan pusaka ini dengan pesan bahwa isi dari pusaka ini ada di Jakarta / di Pak Parwoto (Isinya datang) dan orangnya akan datang mengambil, lalu orang tua itu pergi, dicari tidak ketemu (seperti menghilang).
Pusaka ini mendatangkan cobaan dan ujian hidup yang berat.
Tahun1967 ada cobaan dipundutnya putri kesayangan Beliau.
Tahun 1968 ada cobaan berat harta benda.
Tahun 1969 pusaka diambil oleh Pak Parwoto (Wadahnya dijemput).
Yang datang bersamaan dengan datangnya pusaka SP : Anak-Anak Kecil Bersayap.
Tahun 1970 pada Malam Natal turun Cahaya Allah yang gambarannya
berupa Bunda Maria dan Yesus.
Pengertiannya adalah Bunda Maria = Wadah Suci & Yesus = Roh Kudus = Roh Suci, berarti yang diterima Pak Parwoto hakekatnya adalah :
Sucikan wadah (badan) karena Roh Kudus akan masuk (akan memakai wadah), dengan kata lain akan diolah untuk menerima Karunia Roh Kudus.
Berarti harus memelihara badan supaya selalu dalam kondisi siap dipakai Tuhan sebagai wadah dengan cara :
- Merendahkan hati.
- Memelihara diri dari nafsu darah.
Tahun 2000 pusaka ini dengan pusaka Oumyang Majapahit keduanya bersatu aktif dalam kenegaraan (bergerak minta diudarakan).

7.6 Perbedaan Antara Pusaka Oumyang Majapahit Dengan Pusaka Sabdo Palon :

Pusaka Oumyang Majapahit :
1. Pamornya :
Pamor Pakar (orang yang ahli).
Diistilahkan : Sepiro musuhe kekes kabeh (Sebanyak / Sesakti apapun musuh-nya habis semua).
2. Isinya :
Wanita (wadah suci).
3. Lambang Isinya :
Semuanya ada disitu (Yang Maha Kuasa : Kuasa atas segala kekuasaan dan kuasa atas segala kekayaan).
4. Surat yang ditunjuk :
1. Surat Adz Dzaariyaat (Angin yang mencerai-beraikan).
2. Surat Al Ghaasyiyah (Hari selubung malapetaka).
3. Surat An Fushshilat (Yang dijelaskan).
5. Ujiannya :
Membawakan sifat cinta kasih (sifat pemurah, pengasih dan penyayang).
6. Pengaruhnya :
- Dilayani / diladeni orang-orang.
- Jika orang sedang bertapa didatangi pusaka ini maka dia harus menghentikan tapanya (harus selesai).
7. Pengolahannya :
- Mengolah manusia untuk ditingkatkan spiritualnya tingkat demi tingkat dilewatkan Jembatan Shiraathal Mustaqiim sampai Alam Lahut untuk mendapatkan Enersi Yang Maha Tinggi (Atom Yang Maha Gaib --> Aku), sehingga punya daya Ngudari Benang Ruwet (menyelesaikan masalah).
- Juga mengolah manusia untuk dapat mempunyai daya Kun Fa Yakuun.
8. Dayanya :
Pemegang pusaka ini mempunyai daya :
1. Tidak ada yang tersembunyi.
2. Kata dari sana diucapkan maka akan seperti sajadah terbentang (diberi selubung yang hanya orang itu yang bisa melepaskannya) jika orangnya sudah keterlaluan.
9. Jika dihunus :
1. Kudu Ono Gawe / Kudu Entuk Gawe (Harus ada yang dikerjakan).
2. Siapa yang berani menghunus pusaka ini maka harus berani untuk diajak ma'rifatullah dengan ilmu-ilmu gaib.
10. Warangkanya :
Pusaka ini warangkanya harus diberi selongsong emas (lambang kemuliaan).

Pusaka Sabdo Palon (SP) :

1. Pamornya :
Pamor Ikar (orang 1 bisa terlihat ada 10).

2. Isinya :
Anak-anak kecil bersayap.

3. Lambang Isinya :
Dia datang tanpa diduga, dia pergi tanpa diketahui (Aku datang bagaikan pencuri dalam kelengahanmu).

4. Surat yang ditunjuk :
1. Surat Al Qiyamah (Kebangkitan).
2. Surat Al Furqan (Pembeda).
3. Surat Al Fajr (Terbit Fajar).

5. Ujiannya :
Mendatangkan cobaan dan ujian hidup yang berat (Aku akan datang sebagai manusia. Jika Tuhan hidup mendekat kepada anda, maka bukan kebahagiaan dan kemuliaan yang datang tetapi justru cobaan dan ujian yang berat).

6. Pengaruhnya :
Mendatangkan keadilan, untuk menyelesaikan suatu persoalan /menggarisbawahi sampai disini (Kristus menebus dosa manusia dengan darah-nya : harus mati nafsu dagingnya).

7. Pengolahannya :
Mengolah pada Cahaya Cinta Kasih.
Juga mengolah manusia untuk dapat mempunyai daya Menghayu Hayuning Bawono.

8. Dayanya :
Pemegang pusaka ini mempunyai daya :
1. Bagaikan Kendit Mimang (Akar Mimang) : Orang yang berniat jahat akan bingung sendiri (terkena daya Surat Al Furqon).
Akar Mimang adalah akar yang melingkar-lingkar, bisa untuk menangkal daya negatif.
2. Daya Salib Penyembuhan (Karunia Rohul Kudus Kuasa Menyembuhkan).

9. Jika dihunus :
Pusaka ini akan mendatangkan Angin Prahara (Adz Dzaariyaat).

10. Warangkanya :
Pusaka ini tidak mau diberi emas, cukup Kayu Tumongo / Timoho (Aku tidak butuh emas, kalau sampai pusaka ini minta diberi selongsong emas maka habislah orang-orang kaya yang mendapatkan kekayaannya dengan tidak sah).

Kalau pusaka ini dipaksa masuk ke selongsong emas maka pusaka ini akan keluar / naik dari warangkanya.

Umumnya Kayu Cendana, paling bagus di Kayu Gaharu tetapi berbahaya untuk orang lain, cukup pegangan dan pendoknya saja, dayanya bagus.

Umyang Pajang.
Ciri khas Umyang Pajang adalah : luknya ke kiri lebih dahulu (dari arah gonjo lekuknya berbelok ke arah kiri dulu, padahal umumnya keris-keris lain awal luknya berbelok ke kanan dulu), jika dilihat dari pemegang keris.

Jika dilihat dari arah kiri-kanan keris maka lekuknya ke kanan lebih dahulu. Dayanya : Orang tanpa ditanya akan ngomyang / bercerita /mengoceh sendiri tentang perbuatannya.

Umyang Jembe.
Umyang Jembe ada 2 :
1. Pamor Pohon Beringin.
2. Pamor Ketut (ada gambar 2 orang di kiri kanan).
Jembe : Habis ludes tidak berdaya.
Umyang Jembe artinya :
- Umyang : punya kelebihan yang sifatnya kuasa.
- Jembe : orang yang sudah lepas nafsu jim sehingga relnya ada / sudah di ja-lan Allah, sudah hidup dalam ridha Allah.
- Umyang Jembe : diberi kekuasaan untuk bisa mengayomi / memayungi / memberi petunjuk.
Kalau berani kepada pemegangnya akan mati penguripane (tidak ada yang mengayomi).

Jarang ada orang yang punya jiwa pengayom.
Pengayom harus berjiwa tenang sehingga berlaku bijak / wise dan bisa membimbing.

Pengayom itu adalah jiwa, tidak bergantung usia.
Daya Umyang Jembe menunjuk Surat Amsal : bagaikan orang kaya yang selalu merasa kekurangan (tidak pernah puas)

Syaratnya : pemegang Umyang Jembe harus bisa mengayomi sesama manusia dengan ikhlas (kudu wani ngayomi wong sapodo-podo lan kudu ikhlas). Lambang pengayom (gambar pada wilahan keris) :

- Tongkat : tuntunan.
Wenehono (paring/aweh) tungket (teken) marang wong wuto (ora ngerti dalan) (memberi tongkat kepada orang buta / tidak tahu jalan) artinya memberikan tuntunan / petunjuk atau menunjukkan jalan kepada orang yang dalam ketidak-tahuan.

- Payung : pertolongan.
Wenehono (paring/aweh) payung marang wong kudanan lan kepanasan (memberi payung kepada orang yang kehujanan atau kepanasan) artinya memberikan pertolongan kepada orang yang mendapat musibah / kemalangan.

- Padi dan Kapas : hak dan rejeki.
Wenehono (paring/aweh) sandang pangan marang wong sing gawe (memberikan sandang pangan kepada orang yang yang bekerja memberikan hak dan rejeki kepada orang yang sudah bekerja untuk kita).

- Beringin Kurung (Wringin Kurung) : perlindungan / pengayoman.
Memberikan keteduhan / tempat berlindung bagi orang yang sedang kepanasan artinya memberikan perlindungan kepada orang yang sedang mendapatkan kesusahan.

Nb: Oumyang tidak sama dengan Umyang

Pusaka Singkir.
Pusaka Singkir ada 2 dan dayanya berbeda.
- Singkir Majapahit.
- Singkir Demak.

7.10 Daya Pusaka Dan Surat-Surat Al Qur'an.

Untuk mengolah manusia supaya dapat mempunyai daya Menghayu Hayuning Bawono maka surat yang harus dipahami :
1. Surat Al Quraish (Suku Terpilih).
2. Surat Al A'laa (Yang Maha Tinggi).
3. Surat An Fushilat (Yang dijelaskan)

Bacaan dari surat-surat tersebut : Manusia pilihan yang bisa menerima daya paling tinggi untuk mempunyai daya memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya.

Daya Menghayu Hayuning Bawono ini (merupakan Wahyu paling tinggi) :
- Mengolah semua zat-zat pemberian Allah yang ada di dalam tubuh manusia yaitu lewat otak tengah / otak kesadaran dengan proses pengolahan langsung menuju Alam Lahut.
- Mempunyai sifat mengayomi dan memimpin.
- Merubah dari yang ada di atmosfir sampai seluruh jagad raya dan merubah ma-nusia (mau tidak mau) untuk menjadi (mempunyai sifat) ayu.

Untuk mengolah manusia supaya dapat mempunyai daya Kun Fa Yakuun / mendayagunakan Atman maka surat yang harus dipahami :
1. Surat Adz Dzaariyaat (Angin yang mencerai-beraikan).
2. Surat Al Ghaasyiyah (Hari selubung malapetaka).
3. Surat An Fushilat (Yang dijelaskan).

Untuk mengolah manusia supaya dapat mempunyai daya Salib Penyembuhan maka surat yang harus dipahami :

1. Surat Al Qiyamah (Kebangkitan) ---> Mematikan Nafsu.
2. Surat Al Furqan (Pembeda / Memisahkan yang bathil dan yang benar) ---> Mem-buka Tabir.
3. Surat Al Fajr (Terbit Fajar) ---> Menyorot dengan Nur.

Bacaan dari surat-surat tersebut : Kebangkitan Roh Allah pada manusia dengan mematikan nafsu-nafsu membuat manusia tersebut dipisahkan dari yang bersifat bathil sehingga mendatangkan terang (terbit fajar).

Ada pusaka yang dayanya menunjuk :
1. Surat Al Fathir (Yang Menjadikan).
2. Surat Al Fajr (Terbit Fajar).
3. Surat Al Humazah (Pengumpat).

Ada pusaka yang dayanya menunjuk :
1. Surat Al Fathir (Yang Menjadikan).
2. Surat Al Fajr (Terbit Fajar).
3. Surat Al Ghaasyiyah (Hari selubung malapetaka).

Ada pusaka yang dayanya menunjuk :
1. Surat An Nuur (Cahaya).
2. Surat Al Fathir (Yang Menjadikan).
3. Surat Al Naas (Manusia).

Ada pusaka yang dayanya menunjuk :
1. Surat Ar Rakhman (Pemurah).
2. Surat Adz Dzaariyaat (Angin yang mencerai-beraikan).
3. Surat Al Ashr (Waktu).

Artinya : Sifat pemurah turun dengan angin yang mencerai-beraikankarena sudah waktu.

Ada pusaka yang dayanya menunjuk :
1. Al Fat-h (Kemenangan).
2. Surat Al Ghaasyiyah (Hari selubung malapetaka).
Artinya : Kemenangan atas hal-hal yang terselubung.

7.11 Koleksi Pusaka.
Pusaka dengan Pamor Naga dan Kijang dayanya adalah untuk mengolah suara agar mempunyai getaran dan dapat masuk ke hati orang tersebut.

Kijang pengolahan cakra tenggorokan.
Naga adalah Nur Ghaib.

Pusaka dengan Pamor Buntel Mayit dayanya adalah untuk manghalau/menundukkan orang yang berangasan atau mengamuk.
Bapak ada pusaka keris Buntel Mayit yang dayanya akan membuat ngantuk.

Pusaka Tombak Mangkang Jagad dengan ciri bolong di tengah memanjang,dayanya untuk menarik getaran yang sifatnya jelek/negatif kemudian dikumpulkan ditengah lubang lalu dinaikkan / divertikalkan.

Pamor : titik-titik.
Dapur : Karno Tanding.
Luk : Lurus.
Dayanya :
- Dapat menggerakkan atom-atom yang ada di alam.
- Dapat melepaskan konsentrasi orang.

Pamor : Kecubung Kasihan.
Daya : Agar tidak dibenci orang.
Luk : 5 (utusan).
Pamor : Talang Emas.
Daya : Rezeki.
Luk : Lurus.
Pusaka Talang Emas dayanya secara metafisis adalah kontak dengan atas yang sifatnya emas.

Pamor : Lanang Nek Ono Perkoro.
Dayanya :
- Menyelesaikan suatu perkara/masalah.
- Mengusir segala mahluk halus (setan).
- Apabila ada tanah yang angker, pusaka ditancapkan ke tanah 5 menit.

Pamor : Untu Walang.
Daya : (vertikal).
Berwibawa dan mendapatkan acc dari orang lain.

Angkanya : 9 (wali).
Luk : Lurus (tidak ada).
Tombak Wijaya Kusuma.
"Siapa yang kuat ketempatan, maka akan mendapatkan pengayoman dan pinayungan", tombak ini khusus untuk pimpinan.

Pusaka dengan Pamor Nogo Kebalik dan Burung yang mengarah kebawah.
Dayanya untuk membalikkan dan melepaskan sesuatu yang asalnya dari nafsu.

Pusaka yang bisa menghilangkan Tenung Apes pamornya Gambar Sunyo, pamor ini termasuk pamor inti.

Gambar Sunyo lambang orang yang sepi / sunyo ing gegambare yaitu orang yang sudah mati nafsu darah dan nafsu dagingnya (sudah mendapat Kebangkitan Kristus).

Pusaka Beliau Sunan Rahmat, dayanya bila ilmu yang asalnya bukan dari kitab suci dan menambah bid'ah-bid'ah dari kitab suci maka orang tersebut akan terkena.

Keris Tribuwana Tungga Dewi luk 5.
Pusaka bergambar 2 Nogo dengan 15 Lubang, di bawah 2 nogo ada 1 Nogo Horizontal.
Lubang = Huriping Nur = Hidupnya Cakra 4.
Naga Horizontal = Dayanya masuk ke dalam tubuh manusia.
Surat yang ditunjuk : Al Israa'.

Pusaka bergambar 2 Harimau, di tengah ada Kijang dan Matahari.
Surat yang ditunjuk :
1. Al Fajr.
2. Al Faathir.
3. Al Ghaasiyaah.

Pusaka bergambar Padi, di bawahnya ada Burung Hong.
Dayanya : Siapa yang lurus di jalan Allah maka akan mendapatkan pinayungan dan rejeki.

Pusaka bergambar Nogo dengan buntut dua.
Dayanya Cakra 13 dan Cakra 4 bergabung keluar dengan daya spiral.

Pusaka Pamor Putri Kinurung (Putri yang dikurung).
Gambarnya bulat-bulat didalamnya ada titik.

Dayanya :
- Daya tarik (karena sebab putrinya).
- Mendapatkan roso yang tajam (karena dikurung).
Membuka cakra XIII (jantung) sehingga mempunyai cahaya yang menyinari seluruh tubuh menjadi bercahaya sehingga orang lain akan memperhatikan kita.

Cahaya yang berasal dari jantung (cakra XIII) meliputi seluruh badan dayanya bila bertemu orang akan menjadi damai.

Pusaka Riwader.
Dayanya bila ilmunya tidak dijalan Allah, maka akan terkena "duri".
Ri : Duri , Wader : Ikan sawah.
Pusaka Ron Pakis (Putri Malu).
dayanya pembersih dari daya yang negatif bila ada daya yang keterlaluan maka isi dari pusaka tersebut akan keluar berbentuk orangtua.

Pusaka Rojo Sulaiman.
Pamornya anti santet, wirid, menghadirkan roh menggerakkan tenaga dalam dengan lambang Scorpio.

Bisa jadi tetumbale loro.
Yang ketempatan akan sugih / kaya seperti nabi Sulaiman.

Pusaka Nogo .
Dayanya keluar dari pundak, bawah ketiak dan daerah Nakula Sadewa.

Pusaka 3 Burung Dewata.
Jika orang ketempatan pusaka yang ada 3 burung dewata maka orang itu memiliki daya cipta dadi/sabdo dadi dan semua permohonannya kesampaian (banyak orang yang mencari pusaka ini).

Pusaka laki-laki penggerak seluruh gaib di Indonesia.
Ujungnya pecah dua, kedua ujungnya menggambarkan cakra IV dan dhatullah, daya tersebut menggambarkan permohonan turunnya mu'jizat
Allah (jarang orang yang kuat untuk menerima daya mu'juzat untuk yang kedua kalinya).

Syarat : Membawakan cinta kasih terhadap sesama dan tidak ada pamrih bagi si pemegang pusaka tersebut.

Pusaka Laki-laki bisa kontak dengan Ki Anta.
Pusaka Laki-laki di ujung yang pecah dua, jika di beri darah kambing dan berkonsentrasi pada orang atau foto orang tersebut maka bisa berakibat orang tersebut muntah darah.

Tombak Orang Tua.
Tombak Orang Tua bisa menggerakkan keramat-keramat dan dapat diarahkan ke orang atau rumah orang.

Pusaka Perempuan.
Pusaka Perempuan untuk menarik orang dan rezeki.

Tombak ukir luk 3.
Dayanya menggerakkan kundalini untuk mendapatkan Payung Allah.

Dayanya Marifat pada :
1. Kebenaran.
2. Kelurusan.
3. Keadilan.

Tombak Ornamen.
Ornamen tombak : Dua orang memakai sayap seperti Kresna diatas mahluk bersayap di atas ada orang dengan rambut luk 3 posisi Semar dengan kundalininya.

Mengolah khusus dengan kundalini untuk dapat menggerakkan Payung Allah.

Pusaka Tombak luk 3 dayanya :
1. Marifat pada kebenaran.
2. Marifat pada kelurusan.
3. Marifat pada keadilan.

Pusaka Nogo Balik.
Pusaka Nogo Balik dayanya bisa menggerakkan pusaka-pusaka lain untuk mengudara dan mengeluarkan daya yang paling tinggi.

Leluhur menjadikan alam sebagai pamor pada keris dengan mempelajari alam dan menemukan adanya keistimewaan dari alam (misalnya : semangka, kenongo).

Pamor Keris :
- Keris pamor Rambut Daradah gambarnya garis yang terputus-putus, dayanya jika ada orang berpikir negatif maka dia akan bingung sendiri.
Keris pamor Rambut Daradah bisa untuk menarik (memelet) orang yang disuka tetapi jangan dipakai untuk negatif karena orangnya bisa menjadi gila.

Rambut adanya di kepala, hubungannya dengan pikiran maka Rambut daradah dayanya membuat orang kepikiran terus.
- Keris pamor Kulit Semangka dayanya prana bumi dan udara.
Keris pamor Kulit Semangka dayanya jika dalam keadaan bahaya maka orangnya tidak akan kelihatan oleh orang yang berniatjahat (dicari tidak ketemu).

Jika keris ini dihunus dan diarahkan ke atas maka dalam mimpinya orang akan diberi petunjuk apa yang yang ditanyakan / ingin diketahui.

Kulit Semangka dijadikan pamor oleh leluhur kita karena tumbuhan semangka ada keistimewaannya yaitu :
* Jika semua ujung daun tumbuhan semangka yang merambat dibalikkan maka orang yang ingin mencuri buah semangka akan kebingungan (dicari buahnya tidak ketemu) sehingga tidak bisa mencuri.
* Jika ujung daun tumbuhan semangka yang merambat diarahkan ke atas maka akan menjadi bunga / buah.
Dari keistimewaan inilah daya keris pamor Kulit Semangka dilambangkan.
- Pamor Putri Duyung dayanya untuk menarik perhatian orang dan bila ada yang ingin berbuat jahat maka akan bingung.
- Pamor Junjung Derajat dayanya mengangkat manusia kehadapan Tuhan.
Gambar Pamor Junjung Derajat
- Pamor Pucuk Gunung (^) dayanya mengangkat cita-cita.
- Pamor Biji Ketimun maksudnya mengolah manusia di dalam menaikkan cita-cita.
- Pamor Bonang Rinenteng untuk mencapai agar supaya acc biasanya untuk para pejabat.

Bonang = seperti kunang-kunang yang bersinar.
- Pamor Untu Walang Pucuk Gunung dayanya bila wejang danmengangkat cita-cita.
- Pamor Wos Wutah (Beras Tumpah) dayanya untuk menarik perhatian orang dan bisa dipakai untuk menarik orang yang tidak mau datang kepada kita.
- Pamor Pudak Setegal dayanya untuk petanian.
- Pamor Udan Mas.
Udan = Hujan : Titik-titik = lambang atom-atom hidup yang ada di atmosfir. Mas = Emas : Sifat emas = kelurusan.
Udan Mas : Dayanya diharapkan agar terjaga kelurusannya sehingga rezeki dapat terbuka.

Pamor Udan Mas ada bulatan-bulatan berupa titik (lambang : atom).
- Pamor Melati : menambah kewibawaan di dalam berucap.
- Pamor Melati Rinonce / Tumpuk : lambang hiasan rambut wanita, dayanya daya tarik.
- Pamor Melati Sumebar / Sinebar : lambang peristiwa sakral seperti perkimpoian.
- Pamor Batu Lapak dipakai untuk bisnis.
- Keris pamor Ron Kenduru dayanya untuk anti magic atau pengobatan.
- Pamor Ron Pakis (Putri Malu): dayanya pembersih dari daya yang negatif bila ada daya yang keterlaluan maka isi dari pusaka tersebut akan keluar berbentuk orang tua.
- Pamor Riwader : dayanya bila ilmunya tidak dijalan Allah, maka akan terkena "duri".

Ri : Duri , Wader : Ikan sawah.
- Pamor Buntel Mayit dayanya adalah untuk manghalau / menundukkan orang yang berangasan atau mengamuk.
- Pamor Kendil Gumantung (Kendil digantung) dayanya bisa untuk menyembuhkan orang yang dibalik pikirannya (misalnya : dengan dibacakan Qulhu Sungsang).

Caranya dengan diberi kembang, didiamkan semalaman kemudian kembangnya diambil dan diberi air, airnya dipakai untuk membasuh muka dan kepala.
- Pamor Blarak Sineret
- Pamor Blarak Sinangun


Blarak Sinangun adalah blarak yang dipuntir-puntir.
- Pamor Gambar Sunyo dayanya untuk menghilangkan Tenung Apes.
- Pamor Ikar dayanya orang 1 bisa terlihat ada 10.
- Pamor Pakar (orang yang ahli) dayanya Sepiro musuhe kekes kabeh (Sebanyak dan sesakti apapun musuhnya kalah / habis semua).
- Pamor Kendit Mimang (Akar Mimang) dayanya orang yang berniat jahat akan bi-ngung sendiri (terkena daya Surat Al Furqon).

Akar Mimang adalah akar yang melingkar-lingkar, bisa untuk menangkal daya negatif.


Ornamen Keris :
- Ornamen Nogo kimpoi artinya kimpoi dalam ilmu / acc.
- Ornamen Nogo Temanten dayanya menciptakan suasana persis dengan suasana per-kimpoian.
- Ornamen Nogo Sungsang dayanya untuk melepaskan / membalikkan konsentrasi dan untuk menolak bala.
- Ornamen Nogo Wiseso gambarnya Naga dibawah ada orang semedi dayanya untuk permohonan.
- Ornamen Nogo Wengkon dayanya apa yang diucapkan tidak bisa ditembus oleh orang lain.
- Ornamen Pandawa Limo dayanya untuk nafsu daging yang terlepas.
- Ornamen Putri Duyung sifatnya menenangkan dan mengolah Atman.
- Gambar Sigar Penjalin (Rotan Terbelah : (| sebelah melengkung,sebelah lagi datar) dayanya bisa untuk menggarisbawahi(menyudahi) suatu masalah yang turun-temurun dalam keluarga.

Pusaka Sigar Penjalin bisa untuk membubarkan demonstrasi (orang akan lemas).
Keris Sigar Penjalin yang kecil disimpan di kantong, dibawa kemana-mana maka orangnya akan aman (tidak ada yang mengganggu).

Sigar Penjalin ini merupakan satu-satunya tanaman yang gampang dibangun (karena mudah ditekuk).

Untuk pusaka ini sebaiknya dicari Pandan Alas yaitu pandan yang tumbuh di dalam Hutan. Umumnya pandan tidak tumbuh di hutan,jika ada pandan tumbuh di hutan berarti ada yang menanam, ada orang yang pernah tinggal di hutan itu.
- Gambar seperti orang yang memegang ular dayanya Olo Biso Becik Biso (jahat bisa baik bisa) tetapi ada sambatan, masih kalah dengan pusaka Tosan Melik yang tanpa sambatan.

Trisulo Wendo.

Pusaka Trisulo Wendo :
1. Sisi kiri : Utang Bondo Nyaur Bondo.
2. Sisi kanan : Utang Nyowo Nyaur Nyowo.
3. Sisi tengah : Kang Ngadep Aken Wong Kang Mbegig Engkang Moho Kuoso.

Wendo = Wenang ing Dhat (Kuasa dalam Atom Allah).= Ilmu.

Jika seseorang kedatangan keris Trisulo Wendo artinya orang tersebut telah mempunyai daya yang ada di dalam pusaka Trisulo Wendo.

Jika seseorang kedatangan tombak Trisulo Wendo artinya orang itu telah menguasai udara.

Pamor pusaka bergambar buaya dengan ekor melengkung yang diatas ekornya ada gambar padi, maka dayanya untuk menarik rezeki.
Bila gambar buaya dengan ekor lurus dayanya untuk melepas konsentrasi dan mengolah kundalini.

Pusaka Gaibul Guyub.
Pusaka Gaibul Guyub adalah pusaka pengayom yang sifatnya luas dan menggerakkan gaib-gaib untuk bersatu. Pusaka ini adalah pusaka pegangannya Ratu, dimana orang yang ketempatan pusaka ini harus "Kanti Wahyu", bila dalam kondisi perang pusaka ini dapat memberi keteguhan.
Gaibul Guyub = Gaib Kabul Guyub.
Guyub = Bersatu.
Pusaka ini adalah pegangan Prabu Surya Kencana.
Surya = Matahari, Kencana = Cahaya Keemasan.
Dapurnya lurus tanpa luk.

Pusaka Nogo Kerawang. Ada gambar naga yang dipinggir besinya ada lubang-lubang. Cahayanya merah delima yang merupakan kekuatan dan menghilangkan penyakit.

Kerawang = berlubang.

Pusaka Nogo dengan 3 lubang di kiri dan kanan dayanya mengolah pada 6 bidang ma'rifat.

Pusaka keris luk 35 bisa mengolah manusia supaya tidak kelihatan oleh musuh.

Pusaka luk 9 dayanya Marifat pada :
1. Sains and wisdoms.
2. Kebenaran.
3. Jujur dan setia pada perkimpoian.

Pusaka Jatayu Kipas berarti :
Jatayu = Jagad Toto Tur Ayu = Dunia itu teratur dan indah.
Kipas = meluas (skope jagad).
Dayanya : orang yang merusak jagad akan terkena akibatnya.
Pusaka Sekar Sedayu : menegakkan keadilan, kebenaran dan kelurusan.
Kyai Kanjeng Sedayu berarti Sejatine Podo (Marcopodo) Ayu = Dunia Sejati itu Indah.
Pusaka 4 sisi untuk meluhurkan 4 nafsu.

Pusaka 4 sisi luk 13 dayanya pada 4 sisi menaikkan nafsu-nafsu :
- Nafsu syahwat.
- Nafsu kepentingan pribadi.
- Nafsu keinginan memiliki segala-galanya.
- Nafsu kesenangan hura-hura.

Kanjeng Kyai Sumelang Gandring mengolah manusia kepada Karunia Rohul Kudus Kuasa (Kuasa Mukjizat = Kode 001) dan menghubungkan dengan leluhur.
Pusaka pamor 3 blok dengan benang tunggal dapur lurus dayanya hanya satu yaitu Sastro Jendro Hayuningrat Pangruwating Diyu (menggerakkan

Atman menyentuh Brahman turun mewujud (Kuasa Mukjizat).
Pusaka pamor pohon pisang dengan buahnya setandan, di atasnya ada bulatan-bulatan.

Ada pusaka pamor pohon pisang dengan buahnya setandan, di atasnya ada bulatan-bulatan artinya :
- Pohon pisang ada tandannya sifatnya banyak, lambang satuketurunan.
- Bulatan-bulatan artinya sudah berwujud, sifat molekul, dayanya Kun Faya Kun. Berarti daya pusaka adalah mengolah orang bisa menyabda satu keturunan.

Lambang pohon yang dipakai adalah pisang bukan korma karena pohon korma tandannya banyak tidak seperti pohon pisang, hanya satu.
Pohon adalah lambang orang tua, tandan buah adalah lambang keturunan.
Tidak gampang menjadi pohon (orang tua) karena keturunan (setandan) akan mendapatkan akibat perbuatan orang tua.
Pamor titik-titik berarti atom-atom, pamor bulatan-bulatan (besar) berarti molekul.

Jika atom-atom sudah mempunyai sifat maka ia sudah menjadi molekul.

Dalam Surat Adz Dzaariyaat ada 2 malaikat (lambang : proton dan neutron) dan angin yang mencerai-beraikan (lambang : elektron) maka terjadi molekul (ada sifat) sehingga mewujud berupa mukjizat (daya :Kun Fa Yakuun).

Melati : Keindahan yang Tuhan berikan melalui lidah (ucapan).
Bila itu ada pada keris yaitu menambah kewibawaan di dalam berucap.
Pamor Melati Rinonce / Tumpuk : lambang hiasan rambut wanita, dayanya daya tarik.
Pamor Melati Sumebar / Sinebar : lambang peristiwa sakral seperti perkimpoian.

Keris yang pamornya di pangkalnya ada seperti Batu Lapak dan diatanya ada Melati Rinonce dipakai untuk bisnis supaya mendapat relasi yang banyak.
Keris pamor Banyu Mili dapur Pitrang dipakai untuk melindungi relasi-relasi agar tidak direbut orang lain.

Pusaka Nogo Tumpuk dayanya :
- 2 Nogo : Yang satu membawakan keindahan Tuhan, yang satu lagi membawakan kemuliaan dunia.
- Tumpuk : 2 sifat Nur yang saling mengisi satu sama lain.

Pusaka Luk 9 untuk kontak dengan Beliau Wali ke X.
Pusaka Luk 17 dengan gambar 2 harimau menjaga di kiri dan kanan untuk kontak dengan Beliau-Beliau Leluhur yang sudah di sisi Allah dan Beliau Sabdo Palon Noyo Genggong. Doanya adalah sebagai berikut :
Asal tanah bali menyang tanah. (Asal tanah kembali ke tanah)
Asal angin bali menyang angin. (Asal angin kembali ke angin)
Asal geni bali menyang geni. (Asal api kembali ke api)
Asal banyu bali menyang banyu. (Asal air kembali ke air)

Niat ingsun ketemu leluhur. (Niat saya bertemu leluhur)
Pusaka luk 11 Batara Wisnu.
Secara ilmiah Batara Wisnu mengolah manusia untuk mencapai tingkatan dapat menggunakan zat mutlak Allah

Pusaka Luk 15 untuk mengolah manusia supaya dapat menerima Erlangga(Raja titisan Wisnu).
Jika kuat menerima / ketempatan pusaka Erlangga Wisnu maka akan mendatangkan kesejahteraan, keselamatan.
Pusaka Sempono Aji (putih) buatannya tidak menunjuk suatu daerah namun langsung dari atas (Tiban) dibawa oleh Malaikat dan jatuhnya di daerah Alas Ketonggo.
Dayanya : Sang Hyang Nurcahyo - Podo Wenang - Ismoyo (Alam maya).

Pusaka Panglima bergambar Kuda Terbang / Bersayap berwajah manusia.

Pusaka bergambar 3 leluhur dayanya adalah yang menguasai manusia sampai 3 leluhur di atasnya (sampai mbah buyutnya).
Pusaka Nogo Tarung (2 naga berhadapan) untuk mengatasi orang-orang yang berilmu / untuk membalikkan santet.
Pusaka Kertoyudo dayanya : diolah untuk menjadi hidup mandiri.
Kerta = Sejahtera, Yudo = Perjuangan, Kertoyudo = Jer Basuki Mawa Bea.

Pusaka luk 35 dayanya bisa mengolah supaya manusia tidak kelihatan oleh musuh.
Pusaka Joko Sesuruh dengan luk 12 ada bekas pejetan jari (artinya :
Aku Ono) adalah keris tiban dari Selatan yang diterima Beliau sewaktu bertapa di Majapahit.
Ada pusaka dengan ornamen Pandawa Lima lengkap dengan Ponokawannya.

Pusaka dengan ornamen deretan tonjolan (seperti kulit buah petai) berselang-selinng pada kedua sisi dayanya adalah untuk peperangan(Gelar Sepapan).
Tombak Damar Murub luk 3 untuk membuka / menghidupkan Cakra 13(Jantung).
Damar = pelita, Murub = menyala / hidup, Damar Murub = Hidupnya Pelita.
Pelita Tuhan = Cakra 13.

Pusaka dengan ornamen rumpun bambu dimana Ros ketemu Ros dayanya untuk Taliroso ketemu Taliroso.
Pusaka luk 9 buatan Sunan Rahmat di jaman Raden Patah dayanya menurut buku keris adalah : Ngaling-ngalingi wong satus negoro (Menghalangi orang dari seratus nega-ra), akan memberikan sakinah / kesejahteraan (lambangnya : bunga teratai), rakyat, pimpinan.

Luk 9 berarti ilmu Wali Songo (ilmu 999 = ilmu Tuhan).
Pusaka Islam gandengannya adalah pusaka La Haula Walla Quwatta Illa Billah.
Golok / Pedang berasal dari Mentaok (daerah Magelang di Jawa Tengah) ada 3 buah bersifat mengolah prana.

Pusaka Yudo Gati : Yudo = perang, Gati = kasih sayang, Yudo Gati = perang kasih sayang.
Ada pusaka yang mengolah manusia untuk dapat membuat 9 bayangan dari tubuhnya dengan cara melepas zat-zat pemberian Allah di dalam tubuhnya.

Pamor pusaka ini tidak ada namanya di buku keris.
Pamor 9 bayangan ini beda dengan pamor Ikar.

Pamor Ikar mengolah manusia supaya dalam keadaan bahaya maka 1 orang bisa terlihat 10 (karena dibantu oleh Roh Penjaga Alam) syaratnya Wonge Kudu Resik (Kudu sabar, kudu wani ngalah) sehingga tampak oleh

Roh Penjaga Alam sebagai manusia yang mempunyai cahaya putih dan karena itu wajib dibantu jika dalam keadaan bahaya.
Pamor Ikar termasuk pamor inti.


Pusaka pamor 9 bayangan ini dapat mengolah manusia untuk melepas 9 bayangan :
1. Bayu lepas dari badan orang yang jiwanya masih belum puas terhadap ilmu --> Mayonggo Seto.
2. Bayu lepas dari badan orang yang jiwanya masih belum puas terhadap dunia --> Mayonggo Kresno.
3. Etheric Double lepas --> bisa wujud lengkap dengan pakaian tetapi tidak bisa (diajak) berbicara.
4. Badan Astral dengan Kulit Ari --> Bisa wujud, tetapi tidak bisa (diajak) berbicara.
5. Suksma dengan Badan Astral dengan Kulit Ari --> Bisa wujud dan bisa (dia-jak) berbicara.
6. Suksma dibungkus dengan Badan Suksma --> sama dengan Malaikat Pemberi Spi-rit.
7. Roh + Kundalini --> Israa'.
8. Roh + Kundalini + Dhat --> Mi'raj.
9. Roh + Kundalini + Kriyasakti + Dhat + Nur --> Atman .

syaratnya : Rogone Wis Pono (badannya sudah lepas / bebas).
Pusaka Setan Kober artinya Setan Tan Kober : setan tidak bisa / sempat menggang-gu.
Pusaka Banjaran Sari berasal dari daerah Cianjur.
Ada pusaka dengan ornamen 3 pancuran (seperti 3 sumbu singkong).

Ada pusaka dengan daya : siapa yang benar akan berkumpul dan siapa yang salah akan berpisah.
Ada pusaka dengan ornamen Nogo Jatayu (Nur Gaib Jagad Toto tur Ayu).

Pusaka Brojomusti adalah keris dengan luk . dimana keris itu mengolah orang untuk punya daya seperti daya ajian Brojomusti dengan laku seperti Werkudoro dan Gatotkoco.

Brojomusti adalah ajian yang jika dimiliki oleh seseorang dan orang itu memukul maka akan berakibat kepala pecah dan mati. Dalam pewayangan ajian ini dipegang oleh Werkudoro dan Gatotkoco.
Pusaka yang rupanya halus, hitam, pamornya sederhana tetapi warangkanya dari kayu Tumongo Asli merupakan pusaka Sepuh.

Pusaka ini dari jaman Majapahit buatan salah satu dari Wali Songo

Majapahit dan dibuat di Alas Purwo.
Pusaka Sepuh ini hubungan gaibnya dengan Dieng dan Muria, mengolah hidupnya Honocoroko Dhotosowolo Podojoyonyo Mogobothongo pada badan manusia (mengolah Dhat Allah) --> Hamung Semar Kang Biso Ngangkat(hanya Pelita Tuhan yang bisa mengangkat manusia dari kegelapan).

Dayanya adalah daya Karunia Rohul Kudus Kuasa yaitu Kuasa Iman, Kuasa
Menyembuh-kan : Orang dan Keadaan yang sakit, Kuasa Mukjizat.
Dalam pengecekan dayanya pusaka ini selalu menunjuk Kode Salib lambang dari Matinya Nafsu Daging dan Matinya Nafsu Darah supaya Cahaya Illahi dalam manusia bangkit (Alfa dan Omega).

Pusaka ini baik untuk menemukan sesuatu (misalnya : mendapatkan ilham).
Keris ini tidak bisa dipakai untuk bisnis karena gerak Dhat sering berlawanan dengan akal / ratio.
Keris ini walaupun rupanya sederhana tetapi dayanya sangat ampuh, sesuai dengan pepatah Belanda :
Di dalam kesederhanaan terdapat yang sejati (Yang sejati itu justru adanya di dlaam kesederhanaan).

Pusaka-pusaka khusus :
- Tombak Naga Bersayap.
- Keris Manglar Mongo Luk 13.
- Keris Al A'laa Luk 9.
- Tombak Orang dengan rambut ke atas Luk 9.
- Keris Laki-laki : dapat dipakai untuk mengkonsentrasi orang.
- Keris Perempuan : menarik orang dan rezeki.
- Tombak Luk 11.
- Keris Payung.
- Keris Luk 15.
- Tombak Padi : untuk kesejahteran.
- Pusaka 2 memakai tongkat dan payung.
- Tombak Kundalini : pengolahan marifatullah.
- Keris Wisnu Naik Garuda dan Ganesha.
- Keris Luk 7.
- Keris Luk 5 aneh.
- Keris Luk 9.
- Keris Luk 35 : Kontak dengan Jambe Pitu, Serandil.

Dayanya : Rohul Kudus Kuasa.
3 = Daya Allah, Muhammad, Rasulullah.
5 = Manusia Utusan, manusia yang diberi kuasa oleh Allah.
- Keris Luk 5 : enegi Allah.
- Keris Luk 13 : untuk menaikkan daya-daya dari daerah Serandil.


Pusaka-pusaka yang sifatnya kenegaraan :
- Pusaka Pamor Para Leluhur.
- Pusaka Pamor Jatayu.
- Pusaka Luk 25.
- Pusaka Riwader.
- Pusaka 3 Burung Dewata.
- Pusaka Luk 17.
- Tombak Karno Tanding.
- Tombak Kerakyatan Luk 3.

Set Pusaka untuk kebaikan umat. Set / pasangan pusaka yang pernah diudarakan (untuk kebaikan manusia) adalah :

Pusaka Leluhur
1. Pusaka Hutang nyawa bayar nyawa, hutang harta bayar harta.
2. Pusaka Trisulo Wendo.
3. Pusaka yang menaikkan / meluruskan ilmu yang tidak benar.

Pusaka Leluhur1. Pusaka Sangkelat.
2. Pusaka Condong Campur.
3. Pusaka Tribuana Tungga Dewi (Luk5).

Pusaka Leluhur
1. Pusaka Jawa Barat (Gunung Gede) : Prabu Siliwangi.
2. Pusaka Beliau Yang Menguasai Bumi Nuswantoro.
3. Pusaka Gunung Lawu : Sunan Lawu.

Pusaka Leluhur
1. Pusaka Sangkelat.
2. Pusaka Condong Campur.
3. Pusaka Putri Kinurung.

Pusaka Leluhur
1. Pusaka Kerangka Hitam.
2. Pusaka Ghaibul Guyub.
3. Pusaka Sangkelat.
4. Pusaka yang membuat dari badan mengeluarkan pancaran sinar.
5. Pusaka Condong Campur.

Pusaka Leluhur
1. Pusaka yang memberi kesejahteraan bagi orang-orang yang berani mematikan nafsu daging.
2. Pusaka science and wisdom (wahyu yang diterima oleh Nabi Sulaiman).
3. Pusaka yang mendayagunakan Atman untuk membuka belenggu dari ikatan ilmu duniawi dan duniawinya supaya orang sadar untuk menjadi wise.

Pusaka Leluhur
1. Pusaka Putri Duyung (yang menenangkan).
2. Pusaka yang mengolah Atman.

Pusaka Leluhur
1. Pusaka Ghaibul Guyub (Surya Kencana).
2. Pusaka Al A'laa.
3. Pusaka 3 Bidang Makrifat.

Pusaka Leluhur
1. Pusaka Nogo Padi (Kemakmuran).
2. Pusaka Sunan Rahmat.
3. Pusaka Putri (Dewi Sekar Taji?).
4. Pusaka Leluhur Tiongkok.

Pusaka Leluhur : Mekarnya Wahyu Mataram sudah berganti.
1. Pusaka Tombak yang menyirep semua daya.
2. Pusaka yang menutup (membentengi) jalan-jalan yang ada di badan kita yang dapat dimasuki oleh daya konsentrasi (tempat yang lemah).
3. Pusaka Wahyu itu sendiri : Sekar Lampir.
4. Pusaka yang menarik Wahyu.

Pusaka Leluhur
1. Pusaka Keris Trisulo Wendo.
2. Pusaka Keris Luk 25.
3. Pusaka Ri Wader.

Pusaka Leluhur
1. Pusaka Kerajaan Allah.
2. Pusaka Cahaya Cinta Kasih.
3. Pusaka ...

Pusaka Leluhur
1. Pusaka Rojo Sulaiman.
2. Pusaka Ron Kenduru.
3. Pusaka Putri Duyung.

Pusaka Leluhur
1. Pusaka Wahyu Raja : Sabdo Pandito Ratu (Kun Fa Yakuun).
2. Pusaka Batoro Wisnu.
3. Pusaka yang mengolah orang menjadi berjiwa satria Pandawa.

Pusaka Leluhur
1. Pusaka 3 Burung Dewata.
2. Pusaka Aumyang Majapahit.
3. Pusaka Nogo Tumpuk.

Pusaka Leluhur
1. Pusaka Ron Kenduru.
2. Pusaka Rojo Sulaiman.
3. Pusaka Karno Tanding.

Pusaka Leluhur
1. Pusaka Tombak Luk 3 Nogo Sungsang.
2. Pusaka Luk 13 (Gunung Lawu dan Serandil).
3. Pusaka Lurus (Gunung Lawu, Selatan dan Serandil).

Pusaka Leluhur
1. Pusaka 2 Harimau di tengah ada Kijang dan Matahari.
2. Pusaka Padi di bawahnya ada Burung Hong.
3. Pusaka 2 Nogo ada 15 Lubang di bawah 2 Nogo ada Nogo

Horizontal (Pusaka Al Israa').

Pusaka Leluhur
1. Pusaka Pamor Para Leluhur.
2. Pusaka Pamor Jatayu.
3. Pusaka Luk 25.
4. Pusaka Riwader.
5. Pusaka 3 Burung Dewata.
6. Pusaka Luk 17.
7. Tombak Karno Tanding.
8. Tombak Kerakyatan Luk 3.

Pusaka Leluhur
1. Pusaka Luk 9 : Beliau yang ke X.
2. Pusaka Luk 17 : Sabdo Palon Noyo Genggong.
3. Pusaka Panglima (Kuda Terbang).

Pusaka Luk 15 Erlangga Wisnu.

Lainnya sebagai pelengkap.

Batu-batuan :
- Batu mulia Yasmin adalah batu permata, cahayanya putih kehijau-hijauan.
- Ada batu cincin yang didalamnya ada gambar bintang-bintang.
- Ada cincin (dengan batunya) yang berasal dari Gunung Jati, didapat dari il-ham : asalnya dari binatang yang begitu ditangkap berubah menjadi batu.

Dalam kehidupan kita kita juga memiliki Pusaka Kepraboning Awak,dan Allah memberi kita berbagai unsur untuk kita olah contoh seperti besi jika kita daya gunakan akan memilik daya keselamatan bahkan membuat tubuh kebal senjata tajam,dsb. Kita menghormati Pusaka leluhur dikarenakan kalau bukan kita lalu siapa lagi? ajarannya yang adi luhung dan maha karyanya yang melegenda,dunia aja mengakui kehebatan leluhur kita. Zaman dulu aja pengetahuaan arsitektuknya sangat tinggi dan penuh dengan seni,seperti peninggalannya berupa candi2,keris yang bertuah,dll. Zaman modern teknologi canggih kita memugar candi saja tidak becus!bahkan butuh bantuan pihak asing,seharusnya kita malu! inilah zaman edan...banyaknya kemunafikan! semoga dengan artikel ini kita semua saling intropeksi!!!jangan saling tuding mana yang salah mana yang benar! pahami agama masing-masing dan berkaryalah angkat harga diri bangsa ini!

(Artikel dari berbagai sumber)
sumber: wongjowo86.blogspot.com/kuliahilmughaib.blogspot.com/indoghaib.blogspot.com

By Pusaka Leluhur on Senin, 14 Februari 2011 | , , , ,